Laman

Kamis, 19 November 2009


MATERI KULIAH VI
Oleh : Agus Jatmiko
PENDAHULUAN
Virus dipelajari oleh keilmuan virologi
Virus merupakan oraganisme yang sangat kecil dari bakteri
Kata virus berasal dari bahasa latin yang berarti racun
Virus juga dinamakan metaorganisme
Virus dianggap sebagai jembatan antara makhluk hidup dan makhluk tak hidup

BATASAN VIRUS
Virus merupakan organisme yang sangat kecil dan jauh lebih kecil dari bakteri dan mampu menembus saringan bakteri dan hanya dapat disaring dengan menggunakan saringan porselin
Virus adalah parasit intraseluler obligat dan ukurannya 20-200 nm,bentuk dan komposisi kimianya bervariasi,tetapi hny mengandung RNA or DNA. Partikelnya scr utuh disbt “VIRION”yg tdr dr “Capsid” yg dpt terbungkus olh sebuah Glycoprotein/membrane lipid.Virus resisten thd antibiotics.
ASAL USUL VIRUS
Asal-usul virus belum diketahui secara jelas
Ada 3 hipotesis mengenai asal-usul virus :
Virus merupakan parasit sel-sel primitif dan keduanya berevolusi bersama. Banyak virus sekarang tidak menyebabkan kerusakan sel hospes dan tetap laten dalam tuan rumah
Virus berevolusi dari kuman parasit. Meskipun demikian untuk organisme intraseluler obligat lainnya misal : chlamydia, pada saat ini tidak ada bukti bahwa virus berevolusi ke kuman
Virus mungkin merupakan komponen sel tuan rumah yg menajdi otonom
HISTORITIKAL VIRUS
Virus pertama kali ditemukan oleh Adolf Meyer di Nederland pada tahun 1885
Penelitian tentang virus dilanjutkan oleh ahli botani berkebangsaan Rusia yaitu Dimitri Ivanowski (1892), dan Baijerinck (1899) berkebangsaan Jerman
Keduanya menyebutkan bahwa penyakit mozaik pada tembakau disebabkan oleh virus

Loffer dan Frosch (1897) menemukan virus hewan yang menyebabkan penyakit mulut dan kuku pada ternak
Reed tahun 1907 menemukan virus yang menyebabkan penyakit demam kuning pada manusia
Twort (1916) dan d’Herelle (1917) menemukan virus yang menyebabkan lisis pada bakteri yang disebut dengan bakteriofage.
SIFAT KHUSUS VIRUS
Menurut Lwoff, Horne dan Tournier (1966) :
Bahan genetik virus terdiri dari ARN dan AND, tetapi tidak terdiri dari kedua jenis asam nukleat sekaligus
Struktur dari virus relatif sangat sederhana, yakni terdiri dari pembungkus yang mengelilingi asam nukleat
Virus mengadakan reproduksi hanya dalam sel hisup, yakni dalam sitoplasma, dalam nukleus atau di dalam keduanya dan tidak mengadakan kegiatan metabolisme jika berada di luar sel hidup

Virus tidak membelah diri dengan cara pembelahan. Partikel virus baru dibentuk dengan suatu proses biosintesis majemuk yang dimulkai dari pemecahan suatu partikel virus infektif menjadi lapisan protein pelindung dan komponen asam nukleat infektif
Asam nukleat partikel virus yang menginfeksi sel mengambil alih kekuasaan dan pengawasan sistem enzim sel hospesnya, sehingga selaras dengan proses sintesis asama nukleat dan protein virus
Virus menginfeksi sel menggunakan ribosom sel hospes untuk keperluan metabolisme

Komponen-komponen utama virus dibentuk secara terpisah dan baru digabung di dalam sel hospes tidak lama sebelum dibebaskan
Selama dalam proses pembebasan, bebrapa partikel virus mendapatkan selubung luar yang mengandung lipid protein dan bahan lain yang sebagain besar berasal dari dari sel hospes
Partikel virus lengkap dinamakan virion dan dari inti asam nukleat yang dikelilingi lapisan protein yang bersifat antigenik yang disebut dengan kapsid
BENTUK DAN UKURAN VIRUS
Bentuk virus sangat bervariasi.
Ada yang berbebtuk bulat, oval, memanjang, silindris dan ada juga yang berbentuki T
Ukuran tubuh virus sangat kecil dan bervariasi yaitu kira-kira berdiameter 20 nm, Karena sangat kecil maka virus tidak dapat dilihat dg menggunakan mikroskop biasa, kecuali poxyvirus
SUSUNAN TUBUH VIRUS

1. Kapsid
Kapsid merupakan lapisan pembungkus tubuh virus, yang tersusun atas protein.
Kapsid terdiri dari sejumlah kapsomer yang terikat satu sama lain dengan ikatan nonkovalen
Fungsi kapsid :
Memberi bentuk virus
Sebagai pelindung virus dari kondisi lingkungan yang merugikan dirinya
Mempermudah proses penempelan pada proses penembusan ke dalam sel
2. Isi (Nucleic acid)
Terdapat di sebelah dalam kapsid berupa materi genetik, yaitu suatu molekul pembawa sifat keturunan. Materi genetik ini berupa ARN atau ADn.
Virus hanya memiliki satu asam nukelat saja
Asam nukelat sering bergabung dengan protein sehingga disebut Nukleoprotein

3. Kepala dan ekor
Ekor virus berfungsi melekatkan tubuh virus pada inang
Struktur virus ada 2 macam yaitu virus telanjang dan virus terselubung
Virus telanjang terdiri dari 5 kelompok :
Piconavirus
Reovirus
Adenovirus
Papovirus
Parvovirus


Sedang virus lain di luar kapsid terdapat selubung luar (envelope) yang terdiri dari protein dan dan lipid

Pengertian tentang asam nukleat virus mempunyai arti penting untuk memahami proses perkembangbiakan virus, sifat biologiknya dll
REPLIKASI VIRUS
Perkambang biakan virus mempunyai arti penting agar mengetahui bagaimana virus bisa mematikan atau menstransformasi sel.
Adapun tahap-tahap replikasi virus adalah
Adsorpsi
Penetrasi sel inang
Eklipase
Pembentukan virus baru
Pemecahan sel inang

1. Adsorpsi
Attachment (adsorption): the phage attaches to a protein or polysaccharide molecule (receptor) on the surface of the bacterial cell.
Merupakan tahap penempelan (attachment) virus pada dinding sel inang. Virus menempelkan sisi tempel atau reseptor site ke dinding sel bakteri
2. Penetrasi sel inang
Setelah reseptor site, bagian ini kemudian mengeluarkan enzim untuk membuka dinding sel bakteri
Molekul asam nuklead virus bergerak keluar melalui pipa ekor dan masuk ke dalam sitoplasma sel melalui dinding sel yang terbuka
Pada virus telanjang, proses penyusupan terjadi dengan cara fagositosis virion, sedangkan pada virus terselubung dapat terjadi dengan cara fusi yang diikuti masuknya nukleokapsid ke sitoplasma
3. Eklipase
Asam nukleat virus menggunakan asam nukleat bakteri untuk membentuk bagian-bagian tubuh virus, seperti protein, asam nukleat dan kapsid
Bahan yang digunakan berasal dari protein, enzim, san asam nukleat sel bakteri
4. Pembentukan virus(bakteriofage) baru
Setelah bagian-bagian tubuh virus terbentuk, maka pada fase ini bagian-bagian itu akan digabungkan untuk menjadi virus yang baru dari 1 sel bakteri akan dihasilkan 100-300 virus baru
5. Pemecahan sel inang
Akhir dari siklus adalah pecahnya sel bakteri.
Di dalam sel bakteri terbentuk enzim lisosim yang mampu melarutkan ikatan kimia dinding sel bakteri. Setelah dinding sel pecah maka keluarlah virus baru itu dan selanjutnya mencari sel bakteri lainnya
Gambaran replikasi Virus
KLASIFIKASI VIRUS
Pada awalnya kriteria menentukan apakah suatu jasad termasuk virus atau bukan hanya didasarkan pada kemampuannya melewati saringan kuman
Dengan lebih diketahuinya penyakit yang ditimbulkan, maka penggolongan virus lebih dikembangkan.
Tahun 1966 dibentuk Komite Internasional Untuk Penamaan dan Penggolongan Virus.
Pada saat ini penggolongan virus meliputi pembagian atas famili, subfamili, genus dan spesies

Nama famili virus ditandai dengan akhiran viridae, anggota famili mempunyai sifat umum sama dan tidak banyak berubah. Anggota famili tertentu mempunyai morfologi virion, struktur dan replikasi genom khas.
Nama sub famili diberi akhiran virinae
Nama akhiran genus diberi akhiran virus
Kriteria dasar klasifikasi virus
Jenis asam nukelat, ARN atau ADN
Ukuran dan morfologi
Adanya enzim spesifik yang dimiliki
Kepekaan terhadap zat kimia dan keadaan fisik
Cara penyebaran alamiah
Gejala-gejala yang ditimbulkan
Ada tidaknya selubung
Banyaknya kapsomer
VIRUS DNA
Virus DNA (Deoxybo Nucleat Acid) terdiri dari 6 kelompok :
Poxvirus
Virus herpes
Adenovirus
Virus Papova
Virus parvo
Hepadnavirus
1. Poxvirus
Merupakan virus yang memiliki ukuran cukup besar seperti batu bata
Ukuran 300x200x100 nm.
Dapat dilihat dengan mikroskop cahaya biasa
Terdiri dari inti DNA dengan bagian tengah cekung
Ada 4 kelompok : virus mamalia, virus unggas, onkogenik virus dan lain-lain

Virus mamalia :
Variola
Vaksinia
Cacar sapi
Ektro melia
Cacar kelinci
Cacar monyet

Virus unggas :
Virus burung
Virus kalkun
Virung onkogenik
Miksoma
Fibroma
Lain-lain :
Virus dermatitis pustula menular
Virus bintik-bintik pemerah susu
Virus stomatitis pustula sapi
2. Virus herpes
Berselubung, ikosahedron
Berkembang biak dalam inti sel
Dibungkus selubung yang peka eter
Ukuran 100-150 nm
Ada 5 macam :
Herpes simplek
Varicella
Herpes zoster
Sitomegalovirus
Virus epstein barr

Herpes simplek
Menyebabkan erupsi kulit vesikuler ringan
Ada 2 type :
Tipe 1  infeksi pada mulut, mata, SSP
Tipe 2  infeksi pada alat kelamin
Varicella
Morfologi identik dengan herpes simplek
Menyebabkan cacar air pada anak-anak
Gejala berupa erupsi vesikel pada kulit dan selaput lendir, timbul tidak serentak
Sumber penderita cacar atau herpes zoster

Herpes Zoster
Pada infeksi varicella infeksi menyeluruh, tetapi pada herpes zoster terlokalisasi
Yang paling sering terkena adalah daerah kulit yang dipersyarafi oleh segmen sumsum tulang belakang T2 – L2 dan nervus trigeminus
Sitomegalovirus
Mirip virus herpes yang lain
Menyebabkan pembengkaan sel host
Bila sistemik menyebabkan pembengkakan hati

Virus Epstein Barr
Tidak dapat dibedakan dengan virus herpes yang lain
Memiliki afinitas terhjdap sel limfoblast
Menginfeksi sel limfosit
Menyebabkan leukopenia
3. Adeno Virus
Virus DNA tidak berselubung
Berbentuk bulat diameter 70-90 nm
Stabil apda suhu 4-36o C
Mati pada suhu 56oC
Virus ini khas pada satu penjamu saja
Misal  adenovirus manusia hanya hidup pada sel manusia
Memiliki efek mengelompokkan dan membulatkan sel host  mirip gumpalan sehingga terjadi sarkoma
4. Virus Papova
Berkembang dalam inti sel
Tahan terhadap eter
Menyebabkan kutil pada manusia
5. Virus parvo
Virus berukuran kecil
Diameter 18-22 nm
Kebal terhadap eter
Ditemukan pada binatang
Pada manusia belum jelas
6. Hepadnavirus
Virion : berselubung (HBsAg), berdiamter 42 nm
Replikasi di hepatosid
Misal : Virus hepatitis B
VIRUS RNA
Virus RNA (Ribo Nukleat Acid) terdiri dari 9 kelompok :
Virus picorna
Orthomyxo virus
Paramyxo Virus
Virus Rubella
Rhabdo Virus
Arbovirus
Virus Corona
Virus Leuko
Virus Reo
1. Virus Picorna
Ukuran kecil 20-30 nm, tak terselubung kebal terhadap eter
Terdiri dari 2 tipe :
Virus polio
Berdiameter 30 nm, Bulat, Kebal eter, Kloroform Garam emepedu
Dap[at hidup pada pH rendah dan suhu rendah
Menyebabkan penyakit Poliomyelit5is pada manusia
Virus Coxsachie
Menyebabkan faringitis vesikuler, ISPa ringan dan meningitis
2. Orthomyxo Virus
Virus RNA berselubung yangmampu diserap oleh reseptor eritrosit
Ukuran 80-120 nm
Berbentuk bulat
Yang termasuk golongan virus ini adalah virus influenza  yang menyebabkan infeksi saluran pernafasan, port de entri mukosa saluran nafas. Sembuh sendiri dalam waktu 3-7 hari apabila tanpa infeksi sekunder
4. Paramyxo Virus
Virus besar berukuran 100-250 nm
Yang termasuk golongan virus ini adalah :
Parotitis epidemica (Mumps)
Menyebabkan infeksi akut pada kelenjar ludah
Tanda khas berbicara dengan bergumam
Inaktif pada suhu kamar, UV, eter dan formaldehida
Por de entri mukosa saluran nafas dan konjungtiva

Respiratory syncytial virus
Menyebabkan bronkiolitis dan pneumonia

Campak
Menyebabkan infeksi akut sangat menular ditandai dengan ruam makulopapular menyeluruh didahului oleh demam, batuk, radang konjungtiva berair, biasanya sembuh sendiri

4. Virus Rubella
Merupakan virus RNA berselubung
Pada anak menyebabkan limfadenopati
Pada dewasa menyebabkan infeksi sendi dan perdarahan bawah kulit
Pada masa awal kehamilan  embriopati
Ukuran 50-70 nm berbentuk bulat, tidak tahan pemanasan, inaktif oleh eter dan kloroform
Port de entrĂ©e  mukosa saluran nafas
Berkembang biak pada KGB leher
Bagi petugas kesehatan hati-hati terhadap bayi yang terinfeksi virus ini
5. Rhabdo virus
Berbentuk seperti peluru, ukuran 120-200 x 60-80 nm
Berkembang biak pada sitoplasma sel host
Yang termasuk virus ini adalah :
Virus rabies
Mati oleh sinar UV, pemanasan, eter, asam kuat dan basa kuat, berkembang biak pada hewan berdarah panas (anjing)
Apabila manusia terinfeksi  digigit anjing  virus masuk luka melalui serabut syaraf sumsung tulang belakang dan SSP  menyebar ke tempat lain
Gejala awal lesu, nafasu makan menurun, mual, muntah sakit kepala dan demam
Gejala lanjut  sensitif terhadap rangsangan, kejang, koma dan mati
6. Arbo Virus
Virus RNA, berbentuk bulat, diameter 20-60 nm berselubung lipid, peka terhadap eter, garam empedu
Berkembang biak pada serangga oleh karena itu ditularkan oleh srangga
Dalam tubuh manusia berkembang biak dalam sel limfosit dan trombosit
Misal :
Virus Ensefalitis
Virus penyebab penyakit demam
7. Virus corona
Berbentuk lonjong atau bulat
Peka terhadap eter
Menyebabkan batuk pilek, ispa dan hepatitis pada mencit
8. Virus Leuko
Merangsang timbulnya tranaformasi keganasan pada sel leukosit
Menyebabkan leukemia
9. Virus Reo
Virus RNA berserat rangkap,
Tanpa selubung
Kebal terhadap eter
Penyebab infeksi saluran nafas dan saluran pencernaan
Unclassified virus
Penyebab ensefalopati
Misal ; virus hepatitis C, hepatitis Delta
Routes of Virus Transmission
Oral transmission.
Direct skin contact.
Transplacental.
Droplet transmission.
Direct inoculation.
Sexual transmission.



TERIMA
KASIH…!

Rabu, 11 November 2009

HASIL UJIAN TENGAH SEMESTER I MIKROBIOLOGI


NILAI UTS MIKROBIOLOGI SEMESTER 1

BAGI MAHASISWA YANG TERTANDAI "PENUGASAN", MENDAPATKAN TUGAS MIKROBIOLOGI MEMBUAT MAKALAH MENGENAI "VIRUS", APABILA PEMBERITAHUAN BELUM JELAS KIRIM EMAIL KE (Agusjatmiko21@gmail.com)

Minggu, 01 November 2009

Kisi-Kisi UTS Mikrobiologi

Kisi-kisi UTS Mikrobiologi :
1. Batasan “Mikrobiologi “
2. Dunia mikrobiologi mulai terkuak ketika salah satu peneliti menemukan mikroskop pada tahun (1632-1723)
3. cakupan mikrobiologi
4. Pada proses perkembangan mikrobiologi dibagi menjadi 3 jaman :
5. Era perintisan pada perkembangan mikrobiologi :
6. Abiogenesis :
7. Teori abiogenesis dan teori kehidupan berasal dari kehidupan saling bertentangan satu sama lainnya pada waktu dulu. Siapa saja penganut teori abiogenesis :
8. Percobaan yang lebih meyakinkan kelemahan Teori abiogenesis
9. Pada jaman dahulu para peneliti berupaya menyanggah teori abiogenesis. Mereka berkeyakinan bahwa teori abiogenesis merupakan teori yang salah. Berikut serangkaian percbaan yang dilakukan untuk membuktikan ketidakbenaran teori abiogenesis.
10. Perkembangan mikrobiologi pada era keemasan :
11. 4 dalil (postulat), yang dikenal dengan Postulat Koch.
12. Berikut hal yang benar mengenai perkembangan mikrobiologi pada Era Modern :
13. Periode modern ditandai masih akan mempunyai sejarah panjang di jaman sekarang. Perkembangan mikrobiologi maju dengan pesatnya, setelah :
14. Dunia mikroba
15. protista :
16. prokaryota adalah :
17. eukaryota adalah :
18. Ilmu mengenai klasifikasi organisme ke dalam kelompok atau kategori adalah :
19. Berikut hal yang benar mengenai bakteri :
20. Bakteri yang mempunyai bentuk tongkat pendek :
21. Bakteri yang mempunyai bentuk bulat seperti bola-bola kecil
22. Salah satu bentuk bakteri kokus
23. Pada umumnya struktur sel bakteri digolongkan menjadi :
24. Salah satu struktur dinding luar bakteri adalah adanya flagel atau bulu cambuk. Fungsi dari flagell adalah :
25. Fimbarae atau pili pada bakteri berfungsi sebagai :
26. Berikut ini adalah uraian yang benar mengenai kapsula atau lapisan lendir :
27. Fungsi kapsula atau lapisan lendir pada bakteri adalah :
28. dinding sel :
29. Fungsi dari dinding bakteri
30. Bakteri memiliki susunan dalam sel salah satunya adalah membran sitoplasma. Membran sitoplasma berfungsi :
31. Salah satu bagian sel bakteri yang merupakan suspensi zat organik dan anorganik di dalam larutan kental disebut :
32. Salah satu bagian dalam sitopalsma adalah mesosom.
33. Berikut ini hal yang benar mengenai nucleus atau inti sel :
36. Merupakan keadaan istirahat dari bakteri yang sangat kebal dan merupakan bentuk bakteri yang sedang dalam usaha melindungi (mengamankan) diri dari pengaruh yang buruk dari luar disebut
37. sporulasi
38. Hanya beberapa genus bakteri saja yang mampu membentuk spora. Kedua marga terpenting yang dapat membuat spora adalah :
39. Karakteristik marga bacillus yang membentuk spora seperti di bawah ini, kecuali :
40. Untuk keperluan hidup, bakteri memerlukan makanan. Bahan makanan digunakan untuk sintesis bahan sel dan mendapatkan energi. Bila bakteri menggunakan nutrient dalam bentuk padat dinamakan :
41. Bakteri yang menggunakan oksidasi senyawa anorganik sederhana sbg sumber energi dinamakan :
42. Pada bakteri pertumbuhan merupakan pertambahan jumlah sel yg juga berarti pertambahan jumlah organisme yang membentuk populasi. Berikut ini cara reproduksi dari bakteri secara aseksual yang benar, kecuali :
43. pertumbuhan bakteri dapat dianalogikan dalam suatu bentuk kurva.
44. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri seperti di bawah ini, kecuali
45. Komponen dalam suatu bahan dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Komponen antimikrobe dapat terdapat secara alami pada bahan pangan, namun komponen antimikrobe dapat ditambahkan secara sengaja oleh manusia guna kehidupan manusia .
46. Bakteri mengadakan pertukaran zat atau metabolisme, yakni mengambil atau mengasimilasikan zat makanan dan membuang sisa sampah yang tidak diperlukan lagi. Penyusunan atau pengambilan zat makanan tertentu oleh bakteri atau proses sintesis disebut dengan ……
47. Dalam suatu kegiatan fisiologik bakteri, seperti penyusunan zat organik, pencernaan makanan, pembongkaran zat makanan dibutuhkan suatu penggiat atau biokatalisator yang dinamakan …….
48. Model tempat katalitik yang dikemukakan oleh Emil Fischer

Sabtu, 31 Oktober 2009

Askep Pada Klien Trauma Kepala

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TRAUMA KEPALA

A. Prinsip - Prinsip pada Trauma Kepala
 Tulang tengkorak sebagai pelindung jaringan otak, mempunyai daya elastisitas untuk mengatasi adanya pukulan.
 Bila daya/toleransi elastisitas terlampau akan terjadi fraktur.
 Berat/ringannya cedera tergantung pada :
1. Lokasi yang terpengaruh :
 Cedera kulit.
 Cedera jaringan tulang.
 Cedera jaringan otak.
2. Keadaan kepala saat terjadi benturan.
 Masalah utama adalah terjadinya peningkatan tekanan intrakranial (PTIK)
 TIK dipertahankan oleh 3 komponen :
1. Volume darah /Pembuluh darah ( 75 - 150 ml).
2. Volume Jaringan Otak (. 1200 - 1400 ml).
3. Volume LCS ( 75 - 150 ml).


Trauma kepala



Kulit Tulang kepala Jaringan otak


Fraktur - Komusio
 Fraktur linear. - Edema
 Fraktur comnunited - Kontusio
 Fraktur depressed - Hematom
 Fraktur basis




TIK meningkat
 Gangguan kesadaran
 Gangguan tanda-tanda vital
 Kelainan neurologis





B. Etiologi
1. Kecelakaan
2. Jatuh
3. Trauma akibat persalinan.


C. Patofisiologi


Cidera Kepala

Cidera otak primer Cidera otak sekunder


 Kontosio
 Laserasi Kerusakan sel otak Respon biologik


Sembuh Gangguan aliran darah otak TIK meningkat :
 Edema
 Hematom
 Metabolisme anaerobik
 Hipoximia


Respon biologik


Gejala :
1. Jika klien sadar ----- sakit kepala hebat.
2. Muntah proyektil.
3. Papil edema.
4. Kesadaran makin menurun.
5. Perubahan tipe kesadaran.
6. Tekanan darah menurun, bradikardia.
7. An isokor.
8. Suhu tubuh yang sulit dikendalikan.














Trauma Kepala


Gangguan auto regulasi


TIK meningkat Aliran darah otak menurun


Edema otak Gangguan metabolisme
 O2 menurun.
 CO2 meningkat.
Asam laktat meningkat

Metabolik anaerobik


Tipe Trauma kepala :
1. Trauma kepala terbuka.
2. Trauma kepala tertutup.

Trauma kepala terbuka :
Kerusakan otak dapat terjadi bila tulang tengkorak masuk kedalam jaringan otak dan melukai :
 Merobek duramater -----LCS merembes.
 Saraf otak
 Jaringan otak.

Gejala fraktur basis :
 Battle sign.
 Hemotympanum.
 Periorbital echymosis.
 Rhinorrhoe.
 Orthorrhoe.
 Brill hematom.



Trauma Kepala Tertutup :
1. Komosio
2. Kontosio.
3. Hematom epidural.
4. Hematom subdural.
5. Hematom intrakranial.

Komosio / gegar otak :
 Cidera kepala ringan
 Disfungsi neurologis sementara dan dapat pulih kembali.
 Hilang kesadaran sementara , kurang dari 10 - 20 menit.
 Tanpa kerusakan otak permanen.
 Muncul gejala nyeri kepala, pusing, muntah.
 Disorientasi sementara.
 Tidak ada gejala sisa.
 MRS kurang 48 jam ---- kontrol 24 jam I , observasi tanda-tanda vital.
 Tidak ada terapi khusus.
 Istirahat mutlak ---- setelah keluhan hilang coba mobilisasi bertahap, duduk --- berdiri -- pulang.
 Setelah pulang ---- kontrol, aktivitas sesuai, istirahat cukup, diet cukup.

Kontosio Cerebri / memar otak :
 Ada memar otak.
 Perdarahan kecil lokal/difus ---- gangguan lokal --- perdarahan.
 Gejala :
- Gangguan kesadaran lebih lama.
- Kelainan neurologik positip, reflek patologik positip, lumpuh, konvulsi.
- Gejala TIK meningkat.
- Amnesia retrograd lebih nyata.

Hematom Epidural :
 Perdarahan anatara tulang tengkorak dan duramater.
 Lokasi tersering temporal dan frontal.
 Sumber : pecahnya pembuluh darah meningen dan sinus venosus.
 Katagori talk and die.
 Gejala : (manifestasi adanya proses desak ruang).
- Penurunan kesadaran ringan saat kejadian ----- periode Lucid (beberapa menit - beberapa jam) ---- penurunan kesadaran hebat --- koma, deserebrasi, dekortisasi, pupil an isokor, nyeri kepala hebat, reflek patologik positip.

Hematom Subdural :
 Perdarahan antara duramater dan arachnoid.
 Biasanya pecah vena --- akut, sub akut, kronis.
 Akut :
- Gejala 24 - 48 jam.
- Sering berhubungan dnegan cidera otak & medulla oblongata.
- PTIK meningkat.
- Sakit kepala, kantuk, reflek melambat, bingung, reflek pupil lambat.

 Sub Akut :
- Berkembang 7 - 10 hari, kontosio agak berat, adanya gejal TIK meningkat --- kesadaran menurun.

 Kronis :
- Ringan , 2 minggu - 3 - 4 bulan.
- Perdarahan kecil-kecil terkumpul pelan dan meluas.
- Gejala sakit kepala, letargi, kacau mental, kejang, disfagia.

Hematom Intrakranial :
 Perdarahan intraserebral ± 25 cc atau lebih.
 Selalu diikuti oleh kontosio.
 Penyebab : Fraktur depresi, penetrasi peluru, gerakan akselerasi - deselerasi mendadak.
 Herniasi merupakan ancaman nyata, adanya bekuan darah, edema lokal.




Pengaruh Trauma Kepala :
 Sistem pernapasan
 Sistem kardiovaskuler.
 Sistem Metabolisme.

Sistem Pernapasan :
TIK meningkat

Hipoksemia, hiperkapnia Meningkatkan rangsang simpatis


Peningkatan hambatan difusi O2 - Co2.


Edema paru Meningkatkan tahanan vask. sistemik dan tek darah


Meningkatkan tek, hidrostatik
Kebocoran cairan kapiler


Sistem pembuluh darah pulmonal tek. rendah.

Karena adanya kompresi langsung pada batang otak ---- gejala pernapasan abnormal :
 Chyne stokes.
 Hiperventilasi.
 Apneu.

Sistem Kardivaskuler :
 Trauma kepala --- perubahan fungsi jantung : kontraksi, edema paru, tek. Vaskuler.
 Perubahan saraf otonoom pada fungsi ventrikel :
- Disritmia.
- Fibrilasi.
- Takikardia.
 Tidak adanya stimulus endogen saraf simpatis --- terjadi penurunan kontraktilitas ventrikel. ---- curah jantung menurun --- menigkatkan tahanan ventrikel kiri --- edema paru.

Sistem Metabolisme :
 Trauma kepala --- cenderung terjadi retensi Na, air, dan hilangnya sejumlah nitrogen.
 Dalam keadaan stress fisiologis.

Trauma

ADH dilepas

Retensi Na dan air

Out put urine menurun
Konsentrasi elektrolit meningkat

 Normal kembali setelah 1 - 2 hari.
 Pada keadaan lain :

Fraktur Tengkorak Kerusakan hipofisis
Atau hipotalamus


Penurunan ADH Diabetes Mellitus

Ginjal

Ekskresi air Dehidrasi


Hilang nitrogen meningkat ------------ respon metabolik terhadap trauma.

Trauma


Tubuh perlu energi untuk perbaikan


Nutrisi berkurang

Penghancuran protein otot sebagai sumber nitrogen utama.






Pengaruh Pada G.I Tract. :
3 hari pasca trauma --- respon tubuh merangsang hipotalamus dan stimulus vagal.

Lambung hiperacidi


Hipotalamus ------ hipofisis anterior

Adrenal

Steroid

Peningkatan sekresi asam lambung

Hiperacidi
Trauma

Stress Perdarahan lambung


Katekolamin meningkat.

Pengkajian
Pengumpulan data pasien baik subyektif atau obyektif pada gangguan sistem persyarafan sehubungan dengan trauma kepala adalah sebagi berikut :
1. Identitas pasien dan keluarga (penanggung jawab) : nama, umur, jenis kelamin, agama/suku bangsa, status perkawinan, alamat, golongan darah, penghasilan, hubungan pasien dengan penagnggung jawab, dll.
2. Riwayat Kesehatan :
Pada umumnya pasien dengan trauma kepala, datang ke rumah sakit dengan penurunan tingkat kesadaran (GCS di bawah 15), bingung, muntah, dispnea/takipnea, sakit kepala, wajah tidak simestris, lemah, paralise, hemiparise, luka di kepala, akumulasi spuntum pada saluran nafas, adanya liquor dari hidung dan telinga, dan adanya kejang.
Riwayat penyakit dahulu :
Haruslah diketahui baik yang berhubungan dnegan sistem persarafan maupun penyakit sistem sistemik lainnya. Demikian pula riwayat penyakit keluarga, terutama yang mempunyai penyakit menular. Riwayat kesehatan tersebut dapat dikaji dari pasien atau keluarga sebagai data subyektif. Data-data ini sangat berarti karena dapat mempengaruhi pronosa pasien.
3. Pemeriksaan Fisik :
Aspek Neurologis :
Yang dikaji adalah Tingkat kesadaran, biasanya GCS kurang dari 15, disorentasi orang/tempat dan waktu, adanya refleks babinski yang positif, perubahan nilai tanda-tanda vital, adanya gerakan decebrasi atau dekortikasi dan kemungkinan didapatkan kaku kuduk dengan brudzinski positif. Adanya hemiparese.
Pada pasien sadar, dia tidak dapat membedakan berbagai rangsangan/stimulus rasa, raba, suhu dan getaran. Terjadi gerakan-gerakan involunter, kejang dan ataksia, karena gangguan koordinasi. Pasien juga tidak dapat mengingat kejadian sebelum dan sesuadah trauma. Gangguan keseimbangan dimana pasien sadar, dapat terlihat limbung atau tidak dapat mempertajhankana keseimabangan tubuh.
Nervus kranialis dapat terganggu bila trauma kepala meluas sampai batang otak karena edema otak atau pendarahan otak. Kerusakan nervus I (Olfaktorius) : memperlihatkan gejala penurunan daya penciuman dan anosmia bilateral. Nervus II (Optikus), pada trauma frontalis : memperlihatkan gejala berupa penurunan gejala penglihatan. Nervus III (Okulomotorius), Nervus IV (Trokhlearis) dan Nervus VI (Abducens), kerusakannya akan menyebabkan penurunan lapang pandang, refleks cahaya ,menurun, perubahan ukuran pupil, bola mata tidak dapat mengikuti perintah, anisokor.
Nervus V (Trigeminus), gangguannya ditandai ; adanya anestesi daerah dahi. Nervus VII (Fasialis), pada trauma kapitis yang mengenai neuron motorik atas unilateral dapat menurunkan fungsinya, tidak adanya lipatan nasolabial, melemahnya penutupan kelopak mata dan hilangnya rasa pada 2/3 bagian lidah anterior lidah.
Nervus VIII (Akustikus), pada pasien sadar gejalanya berupa menurunnya daya pendengaran dan kesimbangan tubuh. Nervus IX (Glosofaringeus). Nervus X (Vagus), dan Nervus XI (Assesorius), gejala jarang ditemukan karena penderita akan meninggal apabila trauma mengenai saraf tersebut. Adanya Hiccuping (cekungan) karena kompresi pada nervus vagus, yang menyebabkan kompresi spasmodik dan diafragma. Hal ini terjadi karena kompresi batang otak. Cekungan yang terjadi, biasanya yang berisiko peningkatan tekanan intrakranial.
Nervus XII (hipoglosus), gejala yang biasa timbul, adalah jatuhnya lidah kesalah satu sisi, disfagia dan disartria. Hal ini menyebabkan adanya kesulitan menelan.
Aspek Kardiovaskuler :
Didapat perubahan tekanan darah menurun, kecuali apabila terjadi peningkatan intrakranial maka tekanan darah meningkat, denyut nadi bradikardi, kemudian takhikardia, atau iramanya tidak teratur. Selain itu pengkajian lain yang perlu dikumpulkan adalah adanya perdarahan atau cairan yang keluar dari mulut, hidung, telinga, mata. Adanya hipereskresi pada rongga mulut. Adanya perdarahan terbuka/hematoma pada bagian tubuh lainnya. Hal ini perlu pengkajian dari kepalal hingga kaki.
Aspek sistem pernapasan :
Terjadi perubahan pola napas, baik irama, kedalaman maupun frekuensi yaitu cepat dan dangkal, irama tidak teratur (chyne stokes, ataxia brething), bunyi napas ronchi, wheezing atau stridor. Adanya sekret pada tracheo brokhiolus. Peningkatan suhu tubuh dapat terjadi karena adanya infeksi atau rangsangan terhadap hipotalamus sebagai pusat pengatur suhu tubuh.
Aspek sistem eliminasi :
Akan didapatkan retensi/inkontinen dalam hal buang air besar atau kecil. Terdapat ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, dimana terdapat hiponatremia atau hipokalemia. Pada sistem gastro-intestinal perlu dikaji tanda-tanda penurunan fungsi saluran pencernaan seperti bising usus yang tidak terdengar/lemah, aanya mual dan muntah. Hal ini menjadi dasar dalam pemberian makanan.

Glasgow Coma Scale :
I. Reaksi Membuka Mata.
4. Buka mata spontan.
3. Buka mata bila dipanggil/rangsangan suara.
2. Buka mata bila dirangsang nyeri.
1.Tidak reaksi dengan rangsangan apapun.

II. Reaksi Berbicara
4. Komunikasi verbal baik, jawaban tepat.
3. Bingung, disorentasi waktu, tempat dan person.
2. Dengan rangsangan, reaksi hanya berupa kata tidak membentuk kalimat.
1. Tidak ada reaksi dengan rangsangan apapun.

III. Reaksi Gerakan Lengan / Tungkai
6. Mengikuti perintah.
5. Dengan rangsangan nyeri dapat mengetahui tempat rangsangan.
4. Dengan rangsangan nyeri, menarik anggota badan.
3. Dengan rangsangan nyeri, timbul reaksi fleksi abnormal.
2. Dengan rangsangan nyeri, timbul reaksi extensi abnormal.
1. Dengan rangsangan nyeri, tidak ada reaksi

4. Pengkajian Psikologis :
Dimana pasien dnegan tingkat kesadarannya menurun, maka untuk data psikologisnya tidak dapat dinilai, sedangkan pada pasien yang tingkat kesadarannya agak normal akan terlihat adanya gangguan emosi, perubahan tingkah laku, emosi yang labil, iritabel, apatis, delirium, dan kebingungan keluarga pasien karena mengalami kecemasan sehubungan dengan penyakitnya.
Data sosial yang diperlukan adalah bagaimana psien berhubungan dnegan orang-orang terdekat dan yang lainnya, kemampuan berkomunikasi dan peranannya dalam keluarga. Serta pandangan pasien terhadap dirinya setelah mengalami trauma kepala dan rasa aman.

5. Data spiritual :
Diperlukan adalah ketaatan terhadap agamanya, semangat dan falsafah hidup pasien serta ke-Tuhanan yang diyakininya. Tentu saja data yang dikumpulkan bila tidak ada penurunan kesadaran.

6. Pemeriksaan Diagnostik :
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan dalam menegakkan diagnosa medis adalah :
 X-Ray tengkorak.
 CT-Scan.
 Angiografi.

7. Penatalaksanaan Medis Pada Trauma Kepala :
Obat-obatan :
 Dexamethason/kalmethason sebagai pengobatan anti edema serebral, dosis sesuai dengan berat ringanya trauma.
 Terapi hiperventilasi (trauma kepala berat), untuk mengurnagi vasodilatasi.
 Pengobatan anti edema dnegan larutan hipertonis yaitu manitol 20 % atau glukosa 40 % atau gliserol 10 %.
 Antibiotika yang mengandung barrier darah otak (penisillin) atau untuk infeksi anaerob diberikan metronidasol.
 Makanan atau cairan, Pada trauma ringan bila muntah-muntah tidak dapat diberikan apa-apa, hanya cairan infus dextrosa 5 %, amnifusin, aminofel (18 jam pertama dari terjadinya kecelakaan), 2 - 3 hari kemudian diberikan makanan lunak.
 Pada trauma berat. Karena hari-hari pertama didapat penderita mengalami penurunan kesadaran dan cenderung terjadi retensi natrium dan elektrolit maka hari-hari pertama (2-3 hari) tidak terlalu banyak cairan. Dextosa 5 % 8 jam pertama, ringer dextrosa 8 jam kedua dan dextrosa 5 % 8 jam ketiga. Pada hari selanjutnya bila kesadaran rendah makanan diberikan melalui nasogastric tube (2500 - 3000 TKTP). Pemberian protein tergantung nilai ure nitrogennya.
 Pembedahan.







Prioritas Diagnosa Keperawatan :
1. Gangguan perfusi jaringan otak berhubungan dengan gangguan peredaran darah karena adanya penekanan dari lesi (perdarahan, hematoma).
2. Potensial atau aktual tidak efektinya pola pernapasan, berhubungan dengan kerusakan pusat pernapasan di medulla oblongata.
3. Potensial terjadinya peningkatan tekanan intrakranial berhubungan dengan adanya proses desak ruang akibat penumpukan cairan darah di dalam otak.
4. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dnegan penurunan produksi anti diuretik hormon (ADH) akibat terfiksasinya hipotalamus.
5. Aktual/Potensial terjadi gangguan kebutuhannutrisi : Kurang dari kebutuhan berhubungan dengan berkurangnya kemampuan menerima nutrisi akibat menurunnya kesadaran.
6. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan imobilisasi, aturan terapi untuk tirah baring.
7. Gangguan persepsi sensoris berhubungan dengan penurunan daya penangkapan sensoris.
8. Potensial terjadinya infeksi berhubungan dnegan masuknya kuman melalui jaringan atau kontinuitas yang rusak.
9. Gangguan rasa nyaman : Nyeri kepala berhubunagn dnegan kerusakan jaringan otak dan perdarahan otak/peningkatan tekanan intrakranial.
10. Gangguan rasa aman : Cemas dari keluarga berhubungan dengan ketidakpastian terhadap pengobatan dan perawatan serta adanya perubahan situasi dan krisis.

Intervensi :
1. Kaji faktor penyebab dari situasi/keadaan individu/penyebab coma/penurunan perfusi jaringan dan kemungkinan penyebab peningkatan TIK.
R/ Deteksi dini untuk memprioritaskan intervensi, mengkaji status neurologi/tanda-tanda kegagalan untuk menentukan perawatan kegawatan atau tindakan pembedahan.
2. Monitor GCS dan mencatatnya.
R/ Menganalisa tingkat kesadaran dan kemungkinan dari peningkatan TIK dan menentukan lokasi dari lesi.
3. Memonitor tanda-tanda vital.
R/ Suatu kedaan normal bila sirkulasi serebral terpelihara dengan baik atau fluktuasi ditandai dengan tekanan darah sistemik, penurunan dari outoregulator kebanyakan merupakan tanda penurun difusi lokal vaskularisasi darah serebral. Dengan peningkatan tekanan darah (diatolik) maka dibarengi dengan peningkatan tekanan darah intra kranial. Hipovolumik/hipotensi merupakan manifestasi dari multiple trauma yang dapat menyebabkan ischemia serebral. HR dan disrhytmia merupakan perkembangan dari gangguan batang otak.
4. Evaluasi pupil.
R/ Reaksi pupil dan pergerakan kembali dari bola mata merupakan tanda dari gangguan nervus/saraf jika batang otak terkoyak. Keseimbangan saraf antara simpatik dan parasimpatik merupakan respon reflek nervus kranial.
5. Kaji penglihatan, daya ingat, pergerakan mata dan reaksi reflek babinski.
R/ Kemungkinan injuri pada otak besar atau batang otak. Penurunan reflek penglihatan merupakan tanda dari trauma pons dan medulla. Batuk dan cekukan merupakan reflek dari gangguan medulla.Adanya babinski reflek indikasi adanya injuri pada otak piramidal.
6. Monitor temperatur dan pengaturan suhu lingkungan.
R/ Panas merupakan reflek dari hipotalamus. Peningkatan kebutuhan metabolisme dan O2 akan menunjang peningkatan ICP.
7. Monitor intake, dan output : catat turgor kulit, keadaa membran mukosa.
R/ Indikasi dari gangguan perfusi jaringan trauma kepala dapat menyebabkan diabetes insipedus atau syndroma peningkatan sekresi ADH.
8. Pertahankan kepala/leher pada posisi yang netral, usahakan dnegan sedikit bantal. Hindari penggunaan bantal yang banyak pada kepala.
R/ Arahkan kepala ke salah datu sisi vena jugularis dan menghambat drainage pada vena cerebral dan meningkatkan ICP.
9. Berikan periode istirahat anatara tindakan perawatan dan batasi lamanya prosedur.
R. Tindakan yang terus-menerus dapat meningkatkan ICP oleh efek rangsangan komulatif.
10. Kurangi rangsangan esktra dan berikan rasa nyaman seperti massage punggung, lingkungan yang tenang, sentuhan yang ramah dan suasana/pembicaraan yang tidak gaduh.
R/ Memberikan suasana yang tenag (colming efek) dapat mengurangi respon psikologis dan memberikan istirahat untuk mempertahankan/ICP yang rendah.
11. Bantu pasien jika batuk, muntah.
R/ Aktivitas ini dapat meningkatkan intra thorak/tekanan dalam torak dan tekanan dalam abdomen dimana akitivitas ini dapat meningkatkan tekanan ICP.
12. Kaji peningkatan istirahat dan tingkah laku pada pagi hari.
R/ Tingkah non verbal ini dpat merupakan indikasi peningkatan ICP atau memberikan reflek nyeri dimana pasien tidak mampu mengungkapkan keluhan secara verbal, nyeri yang tidak menurun dapat meningkatakan ICP.
13. Palpasi pada pembesaran/pelebaran blader, pertahankan drainage urin secara paten jika digunakan dan juga monitor terdapatnya konstipasi.
R/ Dapat meningkatkan respon automatik yang potensial menaikan ICP.
Kolaborasi :
14. Naikkan kepala pada tempat tidur/bed 15 - 45 derajat sesuai dengan tolenransi/indikasi.
R/ Peningkatan drainage/aliran vena dari kepala, mengurangi kongesti cerebral dan edema/resiko terjadi ICP.
15. Berikan cairan intra vena sesuai dengan yang dindikasikan.
R/ Pemberian cairan mungkin diinginkan untuk menguransi edema cerebral, peningkatan minimum pada pembuluh darah, tekanan darah dan ICP.
16. Berikan Oksigen.
R/ Mengurangi hipoxemia, dimana dapat meningkatkan vasodilatasi cerebral dan volume darah dan menaikkan ICP.
17. Berikan obat Diuretik contohnya : mannitol, furoscide.
R/ Diuretik mungkin digunakan pada pase akut untuk mengalirkan air dari brain cells, dan mengurangi edema cerebral dan ICP.
18. Berikan Steroid contohnya : Dextamethason, methyl prednisolone.
R/ Untuk menurunkan inflamasi (radang) dan mengurangi edema jaringan.
19. Berikan analgesik dosis tinggi contoh : Codein.
R/ Mungkin diindikasikan untuk mengurangi nyeri dan obat ini berefek negatif pada ICP tetapi dapat digunakan dengan sebab untuk mencegah.
20. Berikan Sedatif contoh : Benadryl.
R/ Mungkin digunakan untuk mengontrol kurangnya istirahat dan agitasi.
21. Berikan antipiretik, contohnya : aseptaminophen.
R/ Mengurangi/mengontrol hari dan pada metabolisme serebral/oksigen yang diinginkan.













DAFTAR PUSTAKA



Carpenito, L.P. (1999). Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan, Diagnosa Keperawatan dan Masalah Kolaboratif. Ed.2. Jakarta : EGC.

Long, B.C. (1996). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Kperawatan). Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Bandung.

Reksoprodjo, S. dkk. (1995). Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta : Bina rupa Aksara.

Rothrock, J.C. (1999). Perencanaan Asuhan Keperawatan Perioperatif. Jakarta : EGC.

Tucker, S.M. (1998). Standart Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, Diagnosis dan Evaluasi. Ed. 1 . Jakarta : ECG.

Askep TB Paru

Asuhan Keperawatan TB Paru
a. Pangertian
Penyakit infeksi kronis dengan karakteristik terbentuknya tuberkel granuloma pada paru.
b. Etiologi
Mycobacterium tuberkulosis (Amin, M.,1999).
c. Faktor Resiko
1) Rasial/Etnik group : Penduduk asli Amerika, Eskimo, Negro, Imigran dari Asia Tenggara.
2) Klien dengan ketergantuangan alkhohol dan kimia lain yang menimbulkan penurunan status kesehatan.
3) Bayi dan anak di bawah 5 tahun.
4) Klien dengan penurunan imunitas : HIV positip, terapi steroid & kemoterapi kanker.





d. Patofisiologi

Mycobacterium TBC

Masuk jalan napas

Tinggal di Alveoli

Tanpa infeksi Inflamasi disebar oleh limfe

Fibrosis Timbul jar. Ikat sifat
Elastik & tebal.
Kalsifikasi
- Batuk Alaveolus tidak
- Spuntum purulen Exudasi kembali saat
- Hemoptisis ekspirasi
- BB menurun Nekrosis/perkejuan
Gas tidak dapat
Kavitasi berdifusi dgn. Baik.

Sesak















e. Gejala Klinis
1) Demam (subfebris, kadang-kadang 40 - 41 C, seperti demam influensa.
2) Batuk (kering, produktif, kadang-kadang hemoptoe (pecahnya pembuluh darah).
3) Sesak napas, jika infiltrasi sudah setengah bagian paru.
4) Nyeri dada, jika infiltrasi sudah ke pleura.
5) Malaise , anoreksia, badan kurus, sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam.

2. Konsep Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian (Doegoes, 1999)
1) Aktivitas /Istirahat
- Kelemahan umum dan kelelahan.
- Napas pendek dgn. Pengerahan tenaga.
- Sulit tidur dgn. Demam/kerungat malam.
- Mimpi buruk.
- Takikardia, takipnea/dispnea.
- Kelemahan otot, nyeri dan kaku.
2) Integritas Ego :
- Perasaan tak berdaya/putus asa.
- Faktor stress : baru/lama.
- Perasaan butuh pertolongan
- Denial.
- Cemas, iritable.
3) Makanan/Cairan :
- Kehilangan napsu makan.
- Ketidaksanggupan mencerna.
- Kehilangan BB.
- Turgor kulit buruk, kering, kelemahan otot, lemak subkutan tipis.
4) Nyaman/nyeri :
- Nyeri dada saat batuk.
- Memegang area yang sakit.
- Perilaku distraksi.
5) Pernapasan :
- Batuk (produktif/non produktif)
- Napas pendek.
- Riwayat tuberkulosis
- Peningkatan jumlah pernapasan.
- Gerakan pernapasan asimetri.
- Perkusi : Dullness, penurunan fremitus pleura terisi cairan).
- Suara napas : Ronkhi
- Spuntum : hijau/purulen, kekuningan, pink.
6) Kemanan/Keselamatan :
- Adanya kondisi imunosupresi : kanker, AIDS, HIV positip.
- Demam pada kondisi akut.
7) Interaksi Sosial :
- Perasaan terisolasi/ditolak.
b. Diagnosa Keperawatan
1) Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan sekresi yang kental/darah.
2) Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran alveolar-kapiler.
3) Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan produksi spuntum/batuk, dyspnea atau anoreksia
4) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan primer, penurunan geraan silia, stasis dari sekresi.
5) Kurang pengetahuan tentang kondisi, terapi dan pencegahan berhubungan dengan infornmasi kurang / tidak akurat.
c. Intervensi
Diagnosa Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan sekresi yang kental/darah.
Tujuan : Kebersihan jalan napas efektif.
Kriteria hasil :
 Mencari posisi yang nyaman yang memudahkan peningkatan pertukaran udara.
 Mendemontrasikan batuk efektif.
 Menyatakan strategi untuk menurunkan kekentalan sekresi.

Rencana Tindakan :
1. Jelaskan klien tentang kegunaan batuk yang efektif dan mengapa terdapat penumpukan sekret di sal. pernapasan.
R/ Pengetahuan yang diharapkan akan membantu mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.
2. Ajarkan klien tentang metode yang tepat pengontrolan batuk.
R/ Batuk yang tidak terkontrol adalah melelahkan dan tidak efektif, menyebabkan frustasi.
3. Napas dalam dan perlahan saat duduk setegak mungkin.
R/ Memungkinkan ekspansi paru lebih luas.
4. Lakukan pernapasan diafragma.
R/ Pernapasan diafragma menurunkan frek. napas dan meningkatkan ventilasi alveolar.
5. Tahan napas selama 3 - 5 detik kemudian secara perlahan-lahan, keluarkan sebanyak mungkin melalui mulut.
Lakukan napas ke dua , tahan dan batukkan dari dada dengan melakukan 2 batuk pendek dan kuat.
R/ Meningkatkan volume udara dalam paru mempermudah pengeluaran sekresi sekret.
6. Auskultasi paru sebelum dan sesudah klien batuk.
R/ Pengkajian ini membantu mengevaluasi keefektifan upaya batuk klien.
7. Ajarkan klien tindakan untuk menurunkan viskositas sekresi : mempertahankan hidrasi yang adekuat; meningkatkan masukan cairan 1000 sampai 1500 cc/hari bila tidak kontraindikasi.
R/ Sekresi kental sulit untuk diencerkan dan dapat menyebabkan sumbatan mukus, yang mengarah pada atelektasis.
8. Dorong atau berikan perawatan mulut yang baik setelah batuk.
R/ Hiegene mulut yang baik meningkatkan rasa kesejahteraan dan mencegah bau mulut.
9. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain :
Dengan dokter, radiologi dan fisioterapi.
Pemberian expectoran.
Pemberian antibiotika.
Konsul photo toraks.
R/ Expextorant untuk memudahkan mengeluarkan lendir dan menevaluasi perbaikan kondisi klien atas pengembangan parunya.

Diagnosa Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran alveolar-kapiler.
Tujuan : Pertukaran gas efektif.
Kriteria hasil :
 Memperlihatkan frekuensi pernapasan yang efektif.
 Mengalami perbaikan pertukaran gas-gas pada paru.
 Adaptive mengatasi faktor-faktor penyebab.
Rencana tindakan :
1. Berikan posisi yang nyaman, biasanya dengan peninggian kepala tempat tidur. Balik ke sisi yang sakit. Dorong klien untuk duduk sebanyak mungkin.
R/ Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan ekpsnsi paru dan ventilasi pada sisi yang tidak sakit.
2. Observasi fungsi pernapasan, catat frekuensi pernapasan, dispnea atau perubahan tanda-tanda vital.
R/ Distress pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi sebagai akibat stress fisiologi dan nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya syock sehubungan dengan hipoksia.
3. Jelaskan pada klien bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk menjamin keamanan.
R/ Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.
4. Jelaskan pada klien tentang etiologi/faktor pencetus adanya sesak atau kolaps paru-paru.
R/ Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.
5. Pertahankan perilaku tenang, bantu pasien untuk kontrol diri dnegan menggunakan pernapasan lebih lambat dan dalam.
R/ Membantu klien mengalami efek fisiologi hipoksia, yang dapat dimanifestasikan sebagai ketakutan/ansietas.
6. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain :
Dengan dokter, radiologi dan fisioterapi.
Pemberian antibiotika.
Pemeriksaan sputum dan kultur sputum.
Konsul photo toraks.
R/Mengevaluasi perbaikan kondisi klien atas pengembangan parunya.

Diagnosa Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan produksi spuntum/batuk, dyspnea atau anoreksia
Tujuan : Kebutuhan nutrisi adekuat
Kriteria hasil :
 Menyebutkan makanan mana yang tinggi protein dan kalori
 Menu makanan yang disajikan habis
 Peningkatan berat badan tanpa peningkatan edema

Rencana tindakan
1. Diskusikan penyebab anoreksia, dispnea dan mual.
R/ Dengan membantu klien memahami kondisi dapat menurunkan ansietas dan dapat membantu memperbaiki kepatuhan teraupetik.
2. Ajarkan dan bantu klien untuk istirahat sebelum makan.
R/ Keletihan berlanjut menurunkan keinginan untuk makan.
3. Tawarkan makan sedikit tapi sering (enam kali sehari plus tambahan).
R/ Peningkatan tekanan intra abdomen dapat menurunkan/menekan saluran GI dan menurunkan kapasitas.
4. Pembatasan cairan pada makanan dan menghindari cairan 1 jam sebelum dan sesudah makan.
R/ cairan dapat lebih pada lambung, menurunkan napsu makan dan masukan.
5. Atur makanan dengan protein/kalori tinggi yang disajikan pada waktu klien merasa paling suka untuk memakannya.
R/ Ini meningkatkan kemungkinan klien mengkonsumsi jumlah protein dan kalori adekuat.
6. Jelaskan kebutuhan peningkatan masukan makanan tinggi elemen berikut
a. Vitamin B12 (telur, daging ayam, kerang).
b. Asam folat (sayur berdaun hijau, kacang-kacangan, daging).
c. Thiamine (kacang-kacang, buncis, oranges).
d. Zat besi (jeroan, buah yang dikeringkan, sayuran hijau, kacang segar).
R/ Masukan vitamin harus ditingkatkan untuk mengkompensasi penurunan metabolisme dan penyimpanan vitamin karena kerusakan jarinagn hepar.
7. Konsul dengan dokter/shli gizi bila klien tidak mengkonsumsi nutrien yang cukup.
R/ Kemungkinan diperlukan suplemen tinggi protein, nutrisi parenteral,total, atau makanan per sonde.

Askep TB Paru

Asuhan Keperawatan TB Paru
a. Pangertian
Penyakit infeksi kronis dengan karakteristik terbentuknya tuberkel granuloma pada paru.
b. Etiologi
Mycobacterium tuberkulosis (Amin, M.,1999).
c. Faktor Resiko
1) Rasial/Etnik group : Penduduk asli Amerika, Eskimo, Negro, Imigran dari Asia Tenggara.
2) Klien dengan ketergantuangan alkhohol dan kimia lain yang menimbulkan penurunan status kesehatan.
3) Bayi dan anak di bawah 5 tahun.
4) Klien dengan penurunan imunitas : HIV positip, terapi steroid & kemoterapi kanker.





d. Patofisiologi

Mycobacterium TBC

Masuk jalan napas

Tinggal di Alveoli

Tanpa infeksi Inflamasi disebar oleh limfe

Fibrosis Timbul jar. Ikat sifat
Elastik & tebal.
Kalsifikasi
- Batuk Alaveolus tidak
- Spuntum purulen Exudasi kembali saat
- Hemoptisis ekspirasi
- BB menurun Nekrosis/perkejuan
Gas tidak dapat
Kavitasi berdifusi dgn. Baik.

Sesak















e. Gejala Klinis
1) Demam (subfebris, kadang-kadang 40 - 41 C, seperti demam influensa.
2) Batuk (kering, produktif, kadang-kadang hemoptoe (pecahnya pembuluh darah).
3) Sesak napas, jika infiltrasi sudah setengah bagian paru.
4) Nyeri dada, jika infiltrasi sudah ke pleura.
5) Malaise , anoreksia, badan kurus, sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam.

2. Konsep Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian (Doegoes, 1999)
1) Aktivitas /Istirahat
- Kelemahan umum dan kelelahan.
- Napas pendek dgn. Pengerahan tenaga.
- Sulit tidur dgn. Demam/kerungat malam.
- Mimpi buruk.
- Takikardia, takipnea/dispnea.
- Kelemahan otot, nyeri dan kaku.
2) Integritas Ego :
- Perasaan tak berdaya/putus asa.
- Faktor stress : baru/lama.
- Perasaan butuh pertolongan
- Denial.
- Cemas, iritable.
3) Makanan/Cairan :
- Kehilangan napsu makan.
- Ketidaksanggupan mencerna.
- Kehilangan BB.
- Turgor kulit buruk, kering, kelemahan otot, lemak subkutan tipis.
4) Nyaman/nyeri :
- Nyeri dada saat batuk.
- Memegang area yang sakit.
- Perilaku distraksi.
5) Pernapasan :
- Batuk (produktif/non produktif)
- Napas pendek.
- Riwayat tuberkulosis
- Peningkatan jumlah pernapasan.
- Gerakan pernapasan asimetri.
- Perkusi : Dullness, penurunan fremitus pleura terisi cairan).
- Suara napas : Ronkhi
- Spuntum : hijau/purulen, kekuningan, pink.
6) Kemanan/Keselamatan :
- Adanya kondisi imunosupresi : kanker, AIDS, HIV positip.
- Demam pada kondisi akut.
7) Interaksi Sosial :
- Perasaan terisolasi/ditolak.
b. Diagnosa Keperawatan
1) Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan sekresi yang kental/darah.
2) Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran alveolar-kapiler.
3) Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan produksi spuntum/batuk, dyspnea atau anoreksia
4) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan primer, penurunan geraan silia, stasis dari sekresi.
5) Kurang pengetahuan tentang kondisi, terapi dan pencegahan berhubungan dengan infornmasi kurang / tidak akurat.
c. Intervensi
Diagnosa Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan sekresi yang kental/darah.
Tujuan : Kebersihan jalan napas efektif.
Kriteria hasil :
 Mencari posisi yang nyaman yang memudahkan peningkatan pertukaran udara.
 Mendemontrasikan batuk efektif.
 Menyatakan strategi untuk menurunkan kekentalan sekresi.

Rencana Tindakan :
1. Jelaskan klien tentang kegunaan batuk yang efektif dan mengapa terdapat penumpukan sekret di sal. pernapasan.
R/ Pengetahuan yang diharapkan akan membantu mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.
2. Ajarkan klien tentang metode yang tepat pengontrolan batuk.
R/ Batuk yang tidak terkontrol adalah melelahkan dan tidak efektif, menyebabkan frustasi.
3. Napas dalam dan perlahan saat duduk setegak mungkin.
R/ Memungkinkan ekspansi paru lebih luas.
4. Lakukan pernapasan diafragma.
R/ Pernapasan diafragma menurunkan frek. napas dan meningkatkan ventilasi alveolar.
5. Tahan napas selama 3 - 5 detik kemudian secara perlahan-lahan, keluarkan sebanyak mungkin melalui mulut.
Lakukan napas ke dua , tahan dan batukkan dari dada dengan melakukan 2 batuk pendek dan kuat.
R/ Meningkatkan volume udara dalam paru mempermudah pengeluaran sekresi sekret.
6. Auskultasi paru sebelum dan sesudah klien batuk.
R/ Pengkajian ini membantu mengevaluasi keefektifan upaya batuk klien.
7. Ajarkan klien tindakan untuk menurunkan viskositas sekresi : mempertahankan hidrasi yang adekuat; meningkatkan masukan cairan 1000 sampai 1500 cc/hari bila tidak kontraindikasi.
R/ Sekresi kental sulit untuk diencerkan dan dapat menyebabkan sumbatan mukus, yang mengarah pada atelektasis.
8. Dorong atau berikan perawatan mulut yang baik setelah batuk.
R/ Hiegene mulut yang baik meningkatkan rasa kesejahteraan dan mencegah bau mulut.
9. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain :
Dengan dokter, radiologi dan fisioterapi.
Pemberian expectoran.
Pemberian antibiotika.
Konsul photo toraks.
R/ Expextorant untuk memudahkan mengeluarkan lendir dan menevaluasi perbaikan kondisi klien atas pengembangan parunya.

Diagnosa Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran alveolar-kapiler.
Tujuan : Pertukaran gas efektif.
Kriteria hasil :
 Memperlihatkan frekuensi pernapasan yang efektif.
 Mengalami perbaikan pertukaran gas-gas pada paru.
 Adaptive mengatasi faktor-faktor penyebab.
Rencana tindakan :
1. Berikan posisi yang nyaman, biasanya dengan peninggian kepala tempat tidur. Balik ke sisi yang sakit. Dorong klien untuk duduk sebanyak mungkin.
R/ Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan ekpsnsi paru dan ventilasi pada sisi yang tidak sakit.
2. Observasi fungsi pernapasan, catat frekuensi pernapasan, dispnea atau perubahan tanda-tanda vital.
R/ Distress pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi sebagai akibat stress fisiologi dan nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya syock sehubungan dengan hipoksia.
3. Jelaskan pada klien bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk menjamin keamanan.
R/ Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.
4. Jelaskan pada klien tentang etiologi/faktor pencetus adanya sesak atau kolaps paru-paru.
R/ Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.
5. Pertahankan perilaku tenang, bantu pasien untuk kontrol diri dnegan menggunakan pernapasan lebih lambat dan dalam.
R/ Membantu klien mengalami efek fisiologi hipoksia, yang dapat dimanifestasikan sebagai ketakutan/ansietas.
6. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain :
Dengan dokter, radiologi dan fisioterapi.
Pemberian antibiotika.
Pemeriksaan sputum dan kultur sputum.
Konsul photo toraks.
R/Mengevaluasi perbaikan kondisi klien atas pengembangan parunya.

Diagnosa Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan produksi spuntum/batuk, dyspnea atau anoreksia
Tujuan : Kebutuhan nutrisi adekuat
Kriteria hasil :
 Menyebutkan makanan mana yang tinggi protein dan kalori
 Menu makanan yang disajikan habis
 Peningkatan berat badan tanpa peningkatan edema

Rencana tindakan
1. Diskusikan penyebab anoreksia, dispnea dan mual.
R/ Dengan membantu klien memahami kondisi dapat menurunkan ansietas dan dapat membantu memperbaiki kepatuhan teraupetik.
2. Ajarkan dan bantu klien untuk istirahat sebelum makan.
R/ Keletihan berlanjut menurunkan keinginan untuk makan.
3. Tawarkan makan sedikit tapi sering (enam kali sehari plus tambahan).
R/ Peningkatan tekanan intra abdomen dapat menurunkan/menekan saluran GI dan menurunkan kapasitas.
4. Pembatasan cairan pada makanan dan menghindari cairan 1 jam sebelum dan sesudah makan.
R/ cairan dapat lebih pada lambung, menurunkan napsu makan dan masukan.
5. Atur makanan dengan protein/kalori tinggi yang disajikan pada waktu klien merasa paling suka untuk memakannya.
R/ Ini meningkatkan kemungkinan klien mengkonsumsi jumlah protein dan kalori adekuat.
6. Jelaskan kebutuhan peningkatan masukan makanan tinggi elemen berikut
a. Vitamin B12 (telur, daging ayam, kerang).
b. Asam folat (sayur berdaun hijau, kacang-kacangan, daging).
c. Thiamine (kacang-kacang, buncis, oranges).
d. Zat besi (jeroan, buah yang dikeringkan, sayuran hijau, kacang segar).
R/ Masukan vitamin harus ditingkatkan untuk mengkompensasi penurunan metabolisme dan penyimpanan vitamin karena kerusakan jarinagn hepar.
7. Konsul dengan dokter/shli gizi bila klien tidak mengkonsumsi nutrien yang cukup.
R/ Kemungkinan diperlukan suplemen tinggi protein, nutrisi parenteral,total, atau makanan per sonde.

Rabu, 28 Oktober 2009

Materi Kuliah V

MATERI KULIAH V
By. Agus Jatmiko
Genetika Bakteri
Genetika merupakan suatu cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang sifat kebakaan, ilmu ini sangat dinamis dan berkembang dengan cepat
Hukum kebakaan bersifat umum bagi semua bentuk kehidupan
Pewarisan ciri dan variasi
Ciri khas makhluk hidup dari segi pandang genetika adalah kemantapan atau kesamaan ciri keturunan atau tetuanya
Dua sifat dasar sel :
Genotip  mengacu pada komposisi genetis sel
Fenotip  merupakan sifat ekspresi genotip sesungguhnya karena faktor lingkungan
Mutasi Bakteri
Variasi genetik yang timbul di dalam suatu sel mikrobe dapat disebabkan karena mutasi
Mutasi adalah perubahan di dalam gen sel bakteri yang berakibat pada perubahan morfologi dan biokimiawi di dalam sel.
Dapat trerjadi secara spontan atau pemberian suatu mutagen

Gen dapat berubah atau bermutasi menjadi bentuk lain, sehingga berakibat memerintahkan pembentukan suatu protein berubah atau baru pada gilirannya merubah kekhasan dari selnya
Suatu organisme yang memperlihatkan efek suatu mutasi dinamakan mutan
Tipe-tipe Mutasi
Ada 2 tipe umum, yakni :
Mutasi titik
Terjadi akibat tersubstitusinya suatu nukleutida oleh yang lain di dalam rangkaian nukleutida tertentu suatu gen
Mutasi pergeseran rangka
Merupakan akibat penambahan atau kehilangan satu atau lebih nukleutida di dalam suatu gen
Terjadinya Mutasi
Mutasi sering terjadi selama replikasi ADN
Beberapa mutasi terjadi sebagai akibat yang ditimbulkan oleh sinar ultraviolet atau sinar X
Karena mutagen tidak dapat terhindar dari lingkungan maka hal inilah yang menyebabkan banyaknya mutasi spontan
Reparasi Mutasi
Kerusakan ADN dapat diakibatkan oleh radiasi
Untung sel bakteri mengandung enzim khusus yang dapat mereparasi ADN yang rusak
Terdapat enzim endonuklease dan eksonuklease yg berfungsi memotong segmen AND yg rusak
Terdapat pula enzim polimerase dan ligase yg berfungsi memperbaiki bagian yang rusak dengan cara mengisi celash yang rusak dan menggabungkan potongan yang rusak tadi

Gambar Reparasi bakteri
Tipe-tipe mutan bakteri
Mutan yang memperlihatkan toleransi yang meningkat terhdap unsur penghambat (antibiotika)
Mutan yang menunjukkan kemampuan fermentasi yang berubah atau meningkatnya atau berkurangnya kapasitas untuk menghasilkan produk akhir
Mutan yang mempunyai defisiensi akan nutrisi, yakni membutuhkan medium yang lebih kompleks
Mutan yang memperlihatkan perubahan dalam bentuk koloni
Mutan yang menunjukkan perubahan pada struktur permukaan

Mutan yang resisten terhdap aksi bakteriofage
Mutan yang memperlihatkan bebrapa perubahan pada ciri-ciri morfologis, misalnya hilangnya kemampuan untuk menghasilkan spora, kapsul atau flagel

Rekombinasi Genetik pada Bakteri
Rekombinasi merupakan pembentukan suatu genotip baru melalui pemilihan kembali gen-gen setelah terjadinya pertukaran bahan genetik antara dua kromosom yang berbeda
Tipe Rekombinasi
Konjugasi  pemindahan materi genetik antara sel-sel yang mempunyai kontak fisik dengan sesamanya
Tranduksi  pemeindahan materi genetik dengan bantuan bakteriofage
Transformasi  pemindahan materi genetik (ADN bebas-sel) atau bugil dari satu sel ke sel yang lain
Gambar tipe pemindahan materi genetik
Identifikasi Bakteri
Fungsi : Identifikasi secara cepat dan tepat guna menegakkan diagnosa, etiologi dan trapi antibiotika pilihan
Identifikasi ditegakkan atas dasar :
Isolasi bakteri dalam biakkan murni, koloni bakteri, morfologi dan pewarnaan, sifat biokimia, reaksi serologis, bakteriophage typing, penanaman pada hewan coba, dan uji kepekaan dan resistensi antibiotika


Isolasi Bakteri

Isolasi bakteri dalam biakkan murni
Apabila bahan pasien klinis berasal  darah, liquor cerebrospinalis dan abses tertutup maka diperoleh biakkan murni
Apabila bahan pasien klinis dari  luka terbuka, tinja dan dari bahan dari lubang-lubang alami maka akan diperoleh biakan campuran
Untuk membuat biakan diperlukan media
Yang tersering digunakan adalah media agar atau padat
Apabila bahan pasien berupa campuran kuman  selective media
Pewarnaan Bakteri
Untuk mempelajari morfologi, struktur, sifat-sifat bakteri untuk membantu identifikasinya kuman perlu diwarnai
Petunjuk umum untukmewarnai bakteri :
Bakteri diambil dari biakan yang masih muda kurang lebih 24 jam
Bakteri diratakan di atas objek gelas
Jika sudahkering lewatkan di atas api
Zat warna diteteskan di atas objek gelas

Cuci dengan alkohol atau asam encer
Ditunggu kering, periksa di bawah mikroskop
Sifat warna
BTA ; bakteri tahan asam setelah dicuci dengan asam encer wakna bakteri tidak luntur
Gram positif  ungu asli
Gram negatif  merah
Koloni Bakteri
Pengamatan bakteri dapat dilakukan secara individula, satu persatu maupun kelompok dalam bentuk koloni
Bila bakteri ditumbuhkan di dalam suatu medium yang tidak cair maka terjadilah suatu kelompok yang dinamakan koloni
Bentuk koloni berbeda-beda untuk tiap spesies dan merupakan ciri khas suatu spesies


Waktu terbentuknya koloni tergantung pada genaration tim,e dari bakteri tersebut
Sifat umum koloni
Ukuran
Bentuk
Tinggi permukaan
Halus kasarnya permukaan
Warna
Kepekatan

Sifat khusus koloni
Sifat yang dibahas pada koloni tergantung apda meia tumbuh, misalnya : agar-agar lempengan, agar-agar miring dan pada tusukan gelatin.

Jenis koloni
Mucoid koloni  Koloni yang memiliki kapsul  ganas, permukaan basah berlendir
Smooth Koloni Isolasi primer, halus, licin, ukuran sama, homogen  ganas, Mis : bakteri gram negatif
Rough koloni  koloni mutan strain dari sel induk, koloninya kasar  tidak ganas
Lysis koloni  Koloni yang terdiri dari bakteri yang kehilangan dinding sel, oleh karena pengaruh penissilin



Bentuk koloni Bakteri



Sifat Biokimia
Sifat biokimia bakteri tidak sama untuk tiap-tiap spesies
Kekhasan ini terletak pada penggunaan bahan makanan, bahan metabolit, fermentasi dll
Reaksi Serologis
Bakteri juga dapat dikelompokkan atas dasar struktur antigen yang dimiliki dengan menggunakan reaksi serologis
Bacteriphage Typing
Bacteriphage adalah virus yang dapat menginfeksi bakteri, sehingga sifat bakteri berubah
Sering sebagai penyebab wabah
Penanaman pada hewan coba
Untuk pembiakan bakteri yang tidak bisa hgidpu diluar sel hidup
Misalnya  Treponema palidum pada testis kelinci
Uji Kepekaan dan Resistensi Antibiotika
Untuk mengetahui antibiotika jenis apa yang cocok dengan bakteri tersebut, berapa dosisnya dan lama waktu pemberian maka diperlukan tes resistensi bakteri thd antibiotika
Pengelolaan Spesimen
Tujuan pasien diagnosa mikrobiologi :
Menentukan mikroba penyebab
Mengetahui kepekaan terhadap antibiotika yang cocok
Persyaratan umum spesimen :
Jumlah yang cukup
Harus benar-benar mewakili

Tidak terkontamiansi mikroba lain “steril”
Diambil sebelum mendapatkan terapi antibiotika
Tempat harus steril
Harus steril, tanpa desinfektan
Sesuai kebutuhan
Diberi label
Sebaikknya dari kaca
Untuk mengetahui mikroba anaerob harus tertutup
Hati-hati
Spesimen pemeriksaan
Bahan spesimen dapat berupa :
Darah
Sumsum tulang
Urin

Darah
Sebaiknya diambil pada saat bakteriemia
Infeksi pyogenik  sindroma septikimia (panas tinggi, nadi meningkat dll)
Typoid fever --. Diambil pada minggu I dan II
Endoarteritis  beberapa seri interval bebrpa jam dari timbulnya panas
Septik shock  biakan kultur 3 spesimen terpisah dari8 3 temnpat yang berbeda

Yang perlu diperhatikan :
Hindari kontaminasi
Kultur aerob dan anaerob perlu diperhatikan
Media haraus kaya
Jumlah darah harus cukup : 10-20 cc
Beri antikoagulan

Sumsum Tulang
Apabila ada gangguan infeksi sistemik tetapi kultur darah negatif maka diperlukan pemeriksaan sumsung tulang
Bayi – 2 th  tulang tibia
Anak lebih dari 2 tahun  iliaka
Dewasa  sternum
Urine
Dilakukan apabila dicurigai infeksi saluran kencing
Diambil saat ada gejala dan diulang 48-72 jam
Gunakan midstream urine
Dengan kateter  bila ada batu, infeksi uretra

Bila dengan supra pubic aspiration perhatikan tehnik sepsik dan aseptik
Indikasi dilakukan suprapubik :
Bila ISK  urine mid stream negatif
Pada neonatus
Apabila kateter kontra indikasi

Terima kasih …. !

materi kuliah IV

MATERI KULIAH IV
By. Agus Jatmiko
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri
Nutrien
Bakteri membutuhkan nutrien untuk kehidupan
Nutrien pada bakteri sebagai sumber karbon, sumber nitrogen, sumber energi dan faktor pertumbuhan
Air
Bakteri membuyuthkan air untuk hidup
Air merupakan sebagian besar atau 70-80% komponen sel
Beberapa keadaan dimana air tidak dapat digunakan : adanya solut, koloid dhidrofilik (gel),
air dalam bentuk kristal es


Nilai pH
Bakteri dapat tumbuh pada kisaran pH 3-6 unit
Nilai pH sangat berpengaruh pada bakteri yang tumbuh
Suhu
Masing-masing bakteri mempunyai suhu optimum, minimum dan maksimum untuk pertumbuhannya
Adanya suhu dibawah minimum dan diaktas maksimum menyebabkan aktivitas enzim terhenti dan bahkan akan terjadi denaturasi enzim.

Bakteri berdasarkan adaptasi suhu:
Psikrofil  0-200 C
Mesofil  10-450 C
Termofil  25 - 800 C
Tersedianya Oksigen/tidak
Konsentrasi oksigen di alam mempengaruhi jenis bakteri yang dapat tumbuh.

Komponen Antimikrobe
Komponen dalm suatu bahan dapat menghambat pertumbuhan bakteri.
Komponen antimikrobe dapat terdapat secara alami pada bahan pangan, misalnya laktanin dan faktor antikoliform didalam susu, lisozim di dalam putih telur.
Komponen antimikrobe yang ditambahkan secara senganja adalah : asam benzoat di dalam sari buah, asam propionat didalam roti, asam sorbat dalam keju dll
Bakteri juga dapat menghabta pertumbuhan jasad renik yang lain, misal : asam, alkohol, perioksida dll

Kelembaban
Pengaruh kebasahan dan kekeringan mempengaruhi pertumbuhan bakteri
Bakteri memiliki nilai kelembaban optimum
Bakteri sebenarnya makhluk yang suka akan keadaan basah, bahkan dapat hidup di dalam air. Hanya di dalam air yang tertutup tak dapat hidup subur karena kurangnya udara. Tanah yang cukup basah baik untuk kehidupan bakteri.
Banyak jenis bakteri akan mati jika udara kering
Keadaan kekeringan menyebabkan proses pengeringan protoplasma, yang berakibat berhentinya kegiatan metabolisme
Pengeringan secara perlahan-lahan menyebabkan perusakan sel akibat pengaruh tekanan osmosis dan pengaruh lainnya dengan naiknya kadar zat terlarut

Pengaruh perubahan nilai osmosis
Pada umumnya larutan hipertonik menghambat pertumbuhan bakteri karena dapat menyebabkan plasmolisis.
Medium yang paling cocok bagi kehidupat bakteria dalah medium isotonik terhadap isi sel bakteri,
Pada larutan hipotonis (aquadest) dapat merusak bakteri karena plasmoptisis
Gambar Pengaruh tekanan osmotik terhadap sel bakteri


Pengaruh sinar
Pada umumnya sel bakteri rusak rusak akibat cahaya, terutama pada bakteri yang tidak punya pigmen fotosintetik.
Sinar dengan gelombang pendek akan berpengaruh buruk terhadap bakteri
Sinar dengan gelombang panjang mempunyai daya fotodinamik dan daya biofisik, misal cahaya matahari.
Bila energi radiasi diabsorbsi oleh sel bakteri akan menyebabkan terjadinya ionisasi komponen sel mikroorganisme. Ionisasi molekum tertentu dari protoplasma dapat menyebabkan kematian, perubahan genetik dan menghambat pertumbuhan
Kebanyakan bakteri tidak dapat mengadakan fotosintesis bahkan setiap ada radiasi dapat berbahaya bagi kehidupan bakteri.

Pengaruh penghancuran secara mekanik
Pengaruh tekanan udara terhadap kehidupan bakteri sangat kecil
Untuk menghentikan pembiakan bakteri diperlukan tekanan 600 atm; dan untuk mematikan diperlukan tenaga sebesar 6000 atm, dan untuk membunuh sporanya diperlukan tekanan 12000 atm

Faktor kimia
Di alam jarang bakteri yang mati akibat terkena zat kimia
Hanya manusia dalam usahanya untuk membebaskan diri dari kegiatan mikrobe meramu zat-zat yang dapat meracuni mikrobe tetapi tidak meracuni dirinya dendiri ataupun makanan.
Zat yang berpengharuh adalah antiseptik, desinfektan, antibiotika
METABOLISME BAKTERI
Setiap makhluk hidup mengadakan pertukaran zat atau metabolisme, yakni mengambil atau mengasimilasikan zat makanan dan membuang sisa sampah yang tidak diperlukan lagi.
Metabolisme juga berarti serentetan reaksi kimia yang terjadi dialam sel hidup.
Penyusunan atau pengambilan zat makann tertentu atau proses sintesis disebut dengan anabolisme
Penggunaan atau pembongkaran zat makanan arau reaksi penguraian bahan organik kompleks menjadi bahan organik yang lebih sederhana disebut katabolisme
Energi hasil katabolisme sebagian digunakan untuk sintesis makro molekul, seperti asam nukleat, lipid, atau polisakarida

Sebelum proses metabolisme diperlukan pengaktifan sub unit yang akan dipakai dan energi tinggi yaitu ATP (Adenosin Triphospate). Energi untuk metabolisme diambil dari dari berbagai proses. Dari proses fermentasi, respirasi dan fotosintesa. Hasil reduksi oksidasi pada semua proses selalu dibentuk ATP, dimana energi yang dibebaskan tersimpan untuk untuk proses selanjutnya.
Anabolisme
Merupakan salah satu fase metabolisme
Disebut juga dengan biosintesis
Biosintesis membutuhkan energi
Bahan baku proses anabolisme adalah zat makanan
Enzim dan zat makanan
Kegiatan kimiawi yang dilakukan oleh sel amat rumit
Kerumitannya : beragamnya bahan yang digunakan sebagai nutrien oleh sel dan berbagai ragam substansi yang disentesis menjadi komponen sel

Dalam suatu kegiatan fisiologik, seperti penyusunan zat organik, pencernaan makanan, pembongkaran zat makanan dibutuhkan suatu penggiat atau biokatalisator yang dinamakan Enzim
Enzim merupakan substansi yang ada dalam sel dalam jumlah yang amat kecil dan mampu menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan yang berkaitan dengan proses seluler dan kehidupan
Tak mungkin suatu kehidupan tanpa enzim
Mekanisme Kerja Enzim
Sifat penting yang terdapat pada enzim adalah kemampuannya untuk mengikat reaktan dengan disertai peningkatan konsentrasi reaktan setempat dan kecepatan reaksi setempat
Model tempat katalitik yang dikemukakan oleh Emil Fischer memperlihatkan interaksi antara substrat dan enzim lewat analogi “Lock and key” (model lubang dan anak kunci atau model cetakan (template)
Gambaran mekanisme kerja enzim sederhana
Gambaran mekanisme kerja enzim kompleks
Gambaran inhibitor enzim

Di dalam sebuah sel terdapat ribuan ribuan jenis enzim yang berbeda-beda
Di dalam sel hidup kesemua enzim beserta kegiatannya harus terkoodinasi sedemikian rupa sehingga produk-produknya yang sesuai dapat terbentuk dan tersedia pada tempat yang tepat dalam jumlah yang tepat pada waktu yang tepat dan dengan penggunaan energi yang seminimum mungkin.
Enzim sebagai katalis hayati yang berjumlah amat sedikit, mempunyai kemampuan unik untuk mempercepat berlangsungnya reaksi kimiawi tanpa enzim tersebut terkonsumsi atau berubah setelah reaksi selesai.
Enzim berfungsi spesifik, artinya hanya untuk suatu jenis reaksi tertentu

Sekalipun semua enzim pada mulanya dihasilkan didalam sel, beberapa enzim diekskresikan melalui dinding sel dan dapat berfungsi diluar sel.
Ada 2 tipe enzim
Eksoenzim atau enzim ekstraseluler
Endoenzim atau enzim intraseluler
Fungsi utama dari eksoenzim adalah melangsungkan perubahan-perubnahan pada nutrien disekitarnya sehingga memungkinkan nutrien tersebut memasuki sel, dengan perkataan lain mengambil makanan yang ada disekeliling sel.
Sifat-sifat umum enzim
Enzim menggiatkan atau kadang-kadang memulai suatu proses
Enzim bekerja secara khusus.
Enzim merupakan protein dan dalam bentuk koloid
Banyak enzim yang dapat bekerja bolak-balik
Enzim tidak tahan temperatur yang tinggi
Enzim dipengaruhi oleh pH, konsentrasi, suhu, substrat dan oleh hasil akhir

Koenzim
Banyak enzim memerlukan pembantu yang disebut koenzim
Koenzim ini biasanya suatu zat anorganik seperti K, Mg, Fe.
Namun ada pula enzim yang terhambat pekerjaannya karena unsur Hg, F
Bagian proteinnya disebut apoenzim
Bila bergabung antara apoenzim dengan dengan koenzim disebut dengan holoenzim
Karakteristik Apoenzim, Koenzim dan Holoenzim

Beberapa enzim mengandung vitamin sebagai bagian pelengkap
Beberapa vitamin B merupakan komponen utama Koenzim

Beberapa vitamin beserta bentuk koenzimnya



Dalam beberapa hal, bagian nonprotein suatu enzim dapat berupa logam, misalnya : besi pada enzim katalase.
Jadi banyak enzim membutuhkan penambahan ion-ion logam (Mg2+, Mn2+, Fe2+, Zn2+ dll)
Ion tersebut dinamakan koenzim anorganik atau kofaktor
Enzim bersifat tidak stabil

Penamaan dan Klasifikasi Enzim
Tata nama enzim telah diresmikan menurut Persetujuan International dengan bantuan “Commision on Enzymes of the International Unio Biochemistry”
Nama yang sudah biasa tetap digunakan
Untuk menamakan enzim digunakan akhiran –ase dan ini hanya digunakan untuk enzim tunggal, misalnya suksinat dehidrogenase
Tipe reaksi kimiawi kimiawi yang dikatalisis enzim merupakan dasar bagi klasifikasi dan penamaan enzim
Bagi setiap enzim memiliki 2 nama, yakni nama kerja dan nama sistematik

Nama kerja kerja lebih pendek dan lebih mudah digunakan, sedangkan nama resmi atau nama sistematik dibentuk berdasarkan aturan yang pasti, yaitu memberikan petunjuk mengenai apa subtratnya dan macam reaksi yang dikatalisnya.
Misalnya enzim heksokinase, nama ini merupakan nama kerja dari heksose fosfotransferase, yakni enzim yang menambahkan sebuah gugusan fosfat pada glukosa
Kelas-kelas utama enzim
Kelas 1 : Oksidoreduktase
Rekasi katalitiknya adalah dalam reaksi transfer elektron (pemindahan elektron atau aton H). Enzim kelas ini etrbagi menjadi :
Oksidase
Enzim dehidrogenase  pengubahan zat organik menjadi hasil oksidasi
Katalase  menguraikan hidrogen peroksida menjadi air dan hidrogen
Reduktase

Kelas 2 : transferase
Enzim transferase mentransfer gugusan fungsional (fosfat, amino, metil dll)
Salah satu enzim kelas ini adalah transamianse, yang berperan memindahkan gugusan amina dari suatu asam amino ke suatu asam organik sehingga hasil akhir berubah menjadi suatu asam amino

Kelas 3 : Hidrolase
Kelas hidrolase merupakan sekumpulan enzim yang menguraikan suatu zat dengan pertolongan air. Enzim ini dibagi atas :
Karbohidrase
Esterase
Proteinase


Karbohidrase
Yakni enzim yg menguraikan golongan karbohidrat. Kelompok ini masih dipecah-pecah menurut jenis karbohidrat yang diuraikan :
Amilase, yakni menguraikan amilum (polisakarida) menjadi mattosa (disakarida)
Maltase  menguraikan maltosa menjadi glukosa
Sukrase  sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa
Laktase  mengubah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa
Selulase  menguraikan selulase – menjadi selobiosa
Pektinase,  menguraikan pektin menjadi asam pektin

Esterase
Enzim yang mengubah golongan ester
Misalnya Lipase  mengbah lemak menjadi gliserol dan asam lemak
Misal : Fosfatase  menguraikan suatu ester menjadi asam fosfat
Proteinase
Enzim yang menguraikan gol. Protein
Contoh : Peptidase (menjadi asam amino), gelatinase (mjd gelatin), renin (menguraikan kasein dari susu)

Kelas 4 : Liase
Enzim ini dalam reaksi katalitik penambahan ikatan ganda pada molekul dan juga pengusiran gugusan kimiawi
Kelas 5: Isomerase
Berperan dalam reaksi isomerasi (pengubahan sutu senyawa menjadi isomer)
Kelas 6 : Ligase
Berperan dalam pembetukan ikatan disertai pemecahan atau penambahan ATP
Katabolisme
Katabolisme merupakan rekasi kimiawi yang membebaskan energi melalui perombakan nutrien
Pernafasan merupakan proses disimilasi yg berlangsung dalam sel hidup
Jika oksigen yang diperlukan dalam proses ini berasal dari udara bebas  pernafasan aerob
Pernafasan Aerob
Dalam pernafasan aerob, mikrobe menggunakan glukosa atau zat organik lain sebagai substrat untuk dioksidasikan menjadi karbondioksida dan air. Sedangkan mikrobenya sendiri memperoleh energi
Persamaan kimia pernafasan aerob yg sempurna dengan menggunakan glukosa sebagai substratnya adalah :
C6H12O6 + 6O2  CO2 + 6H2O + 675 Kcal

Pernafasan Anaerob
Beberapa mikrobe dapat hidup tanpa menggunakan oksigen bebeas, bahka ada mikrobe yang malahan mati jika terkena udara bebas
Mikroba anaerob tidak menggunakan oksigen bebas, mikroba tidak dapat memanfaatkan oksigenb bebas karena tidak mempunyai enzim untuk mereduksi oksigen tersebut
Bukti adanya pernafasan anaerob adalah percobaan fermentasi
Pernafasan anerob dapat terlaksana dengan 2 cara, yakni :
Pernafasan anaerob antar molekul
Pernafasan anaerob intramolekul

Pernafasan antar molekul hampir sama dengan pernafasan aerob, bedanya adalah bahwa pernafasan antar molekul itu oksigen yang diperlukan untuk mengoksidasi substrat tidak diperoleh dari udara bebas namun dari suatu senyawa; sedang yang direduksi bukan oksigen, melainkan suatu senyawa pula.
Penerimaan hidrogen dapat berupa zat seperti nitrat, nitrit, karbonat atau sulfat.
Energi yang ditimbulkan dari proses ini tidak begitu banyak

Pernafasan intramolekul terjadi pengubahan suatu molekul tanpa mengalami oksidasi sama sekali; bagian dari suatu molekul kehilangan atao hidrogen, sedangkan bagian lain dari molekul mendapat tambahan atom Hidrogen, Sebagai contoh proses alkoholisasi yang dilakukan oleh sel saccharomyces dengan glukosa sebagai substrat
Zat yang dihasilkan oleh Mikrobe
Gas
Gas yang ditimbulkan dari atau hasil pemboingkaran berupa : LKarbondioksida
Hidrogen
Metana
Nitrogen
Hidrogen sulfida
Amoniak

Asam
Asam yang ditimbulkan dari kegiatan bakteri dapat berupa :
Asam belerang (H2SO4)
Asam nitrat
Asam susu
Asam cuka
Asam lemak
Toksin
Eksotoksin
Endotoksin

Termogenesis
Dalam proses pernafasantimbul panas disamping energi
Proses ini misalnya didalam timbunan pupuk kandang, timbunan jerami dll
Fotosintesis
Bakteri yang menimbulkan cahaya seringkal didapatkan pada ikan yang membusuk
MORFOLOGI KELOMPOK PADA BAKTERI
Pengamatan bakteri dapat dilakukan secara individula, satu persatu maupun kelompok dalam bentuk koloni
Bila bakteri ditumbuhkan di dalam suatu medium yang tidak cair maka terjadilah suatu kelompok yang dinamakan koloni
Bentuk koloni berbeda-beda untuk tiap spesies dan merupakan ciri khas suatu spesies


Waktu terbentuknya koloni tergantung pada genaration tim,e dari bakteri tersebut
Sifat umum koloni
Ukuran
Bentuk
Tinggi permukaan
Halus kasarnya permukaan
Warna
Kepekatan

Sifat khusus koloni
Sifat yang dibahas pada koloni tergantung apda meia tumbuh, misalnya : agar-agar lempengan, agar-agar miring dan pada tusukan gelatin.

Jenis koloni
Mucoid koloni  Koloni yang memiliki kapsul  ganas, permukaan basah berlendir
Smooth Koloni Isolasi primer, halus, licin, ukuran sama, homogen  ganas, Mis : bakteri gram negatif
Rough koloni  koloni mutan strain dari sel induk, koloninya kasar  tidak ganas
Lysis koloni  Koloni yang terdiri dari bakteri yang kehilangan dinding sel, oleh karena pengaruh penissilin



Bentuk koloni Bakteri

Terima kasih …. !

Senin, 19 Oktober 2009

Materi Kuliah III

MATERI KULIAH III
By. Agus Jatmiko
SPORA BAKTERI
Istilah spora biasanya dipakai untuk menyebut alat perkembangbiakan pada jamur, ganggang, lumut, dan paku-pakuan.
Pada definisi bakteri memiliki batasan yang berbeda
Batasan Spora Bakteri
Merupakan keadaan istirahat dari bakteri yang sangat kebal
Merupakan bentuk bakteri yang sedang dalam usaha melindungi (mengamankan) diri dari pengaruh yang buruk dari luar
Spora pada bakteri lazimnya adalah endospora
Fungsi Spora
Mempertahankan diri dari suasana luar yang buruk
Spora tahan terhadap :
Panas
Pengeringan
Pembekuan
Zat kimia tertentu

Proses pembentukan spora dinamakan sporulasi
Menurut Knaysi, proses sporulasi dibagi menjadi 4 tahap.

Sporulasi
Tahap Permulaan
Dimana Bakteri atau koloni menunjukkan pertumbuhan yang lambat
Tahap Kedua
Selama beberapa jam kelihatan adanya bahan-bahan lipoprotein yang mengumpul ke salah satu ujung sel, sehingga ujung sel tampak memadat

Tahap Ketiga
Timbul bungkus yang menyelubungi calon spora
Selubung terdiri dari dua lapis, yakni kulit luar (eksin) dan kulit dalam (intin)
Pada beberapa spesies, intin menjadi dinding sel bila spora melanjutmkan pertumbuhan menajdi bakteri biasa
Dinding spora bersifat impermeabel

Tahap Terakhir
Pada tahap yang terakhir, maka spora tampak berubah bentuk dan volume
Endospora dapat tetap tinggal di salah satu ujung atau di tengah sel.
Sel dapat pecah karena perkembangan endospora
Pecahan ini kemudian luluh menjadi satu dengan medium
Sporulasi

Bentuk spora bermacam-macam, ada yang bulat dan ada juga yang bulat memanjang bergantung spesiesnya
Sel yang mengandung spora dinamakan sporangium
Hanya beberapa genus bakteri saja yang membentuk spora
Kedua marga terpenting yang dapat membuat spora adalah :
Marga bacillus
Marga Clostridum


Karakteristik marga yang membentuk spora :
Marga Bacillus : anthracis, cereus
Bersifat aerob
Beberapa bersifat anaerob fakultatif
Berbentuk batang
Marga Clostridium : tetani, botulinum
Bersifat anaerob
Sering memproduksi toksin yang mematikan manusia

Berbagai macam bentuk dan lokalisasi spora serta struktur spora
Nutrisi Bakteri
Untuk keperluan hidup, bakteri memerlukan makanan
Bahan makanan digunakan untuk sintesis bahan sel dan mendapatkan energi
Peran utama nutrien bakteri adalah :
Sebagai sumber energi
Sebagai bahan pembangun sel
Sebagai akseptor elektron dalam reaksi bioenergetik
Bila bakteri menggunakan nutrien dalam bentuk padat  holozoik
Bila bakteri menggunakan nutrien dalam bentuk cair  holofitik



Pola Nutrisi Bakteri
Persyaratan nutrisi bagi bakteri :
Bakteri membutuhkan energi
Bakteri membutuhkan karbon
Bakteri membutuhkan nitrogen
Bakteri membutuhkan belerang dan fosfor
Bakteri membutuhkan logam natrium, kalium, magnesium, mangan, besi seng, tembaga dan kobalt
Bakteri membutuhkan vitamin
Bakteri membutuhkan air/kelembapan
Bakteri membutuhkan gas : aerob, anaerob fakultatif, dan anaerob obligat

Pengelompokkan Bakteri Berdasarkan zat gizi
Klasifikasi bakteri berdasarkan zat gizi didasarkan atas dua parameter :
Sifat sumber energi :
Fototrof  menggunakan cahaya sbg sumber energi
Kemotrof  menggunakan oksidasi senyawa anorganik sederhana sbg sumber energi
Sifat sumber karbon yang utama :
Ototrof  menggunakan karbondioksida sbg sumber karbon utama
Heterotrof  bergantung pada sumber karbon organik.


Pembagian bakteri berdasarkan kebutuhannya terhadap zat gizi
Pertumbuhan Bakteri
Batasan pertumbuhan merupakan pertambahan jumlah sel yg juga berarti pertambahan jumlah organisme yang membentuk populasi
Reproduksi Bakteri
Secara Aseksual
Pembelahan
Perkembangbiakan bakteri terjadi secara aseksual dengan : pembelahan biner  satu sel induk membelah menjadi dua sel anak
Perbanyakan sel dengan cara ini, kecepatan pembelahan sel dintentukan dengan waktu generasi

Waktu generasi adalah waktu yang dibutuhkan sel untukmembelah, bervariasi tergantung dari spesies dan kondisi pertumbuhan
Rata-rata waktu generasi pada bakteri antara 0,28 jam - 34 jam.

Pembentukan Tunas
Kuman membentuk tunas, tunas akan melepaskan diri dan membentuk kuman baru. Reproduksi dengan pembentukan cabang didahului dengan pembentukan tunas yang tumkbuh menjadi cabang dan akhirnya melepaskan diri. Pertumbuhan dengan cara ini dapat dijumpai pada kuman dari famili streptomycetaceae

Pembelahan Biner melintang pada bakteri
Gambar Repruduksi Bakteri

Pembentukan filamen
Pada pe,mbentukan filamen, sel mengeluarkan serabut panjang , filamen yang tidak bercabang. Bahan kromosom kemudian masuk ke dalam filamen. Filamen kemudian terputus-putus menjadi beberapa bagian. Tiap bagian membentuk kuman baru. Dijumpai terutama dalam keadaan abnormal, misalnya bila kuman Haemophilus influenzae dibiakkan dalam perbenihan basah

Reproduksi secara seksual
Pembelahan kuman disini didahului oleh pelaburan bahan kromosom dari 2 kuman. Akibatnya adalah timbul sel-sel kuman dengan sifat-sifat yang berasal dari kedua sel induknya. Reproduksi semacam ini hanya terjadi anatara kuman-kuman sejenis dari suatu famili
Beberapa kuman yang bereproduksi dengan cara ini adalah : Enterobacteriaceae, antara Escherichia coli dengan Shigella dysenteriae, anatara Escherichia coli dengan Salmonella thyposa
Kurva Pertumbuhan Bakteri
Suatu bakteri sudah cukup tua kemudian diambil sedikit bakteri untuk ditanam pada medium cair yang cocok. Dalam waktu yang sama bila diambil sebagian kemudian disebarkan pada agar-agar (media) dalam cawan petri. Jumlah koloni yang kemudian tumbuh di cawan dapat dihitung . Biasanya jumlahnya menjadi sangat besar, maka diambil logaritma. Jumlah bakteri ditulis dalam ordinat, waktu dituliskan dalam absis.
Kurva pertumbuhan bakteri
Perkembangan pertumbuhan bakteri
Fase 1 : fase adaptasi (fase lag)
Fase ini bakteri menyesuaikan diri dengan substrat dan kondisi lingkungannya
Belum terjadi pembelahan sel
Jumlah sel mungkin masih tetap
Fase 2 : fase pertumbuhan awal
Sel mulai membelah dengan kecepatan masih rendah

Fase 3 : fase pertumbuhan logaritmik (fase pembiakan cepat)
Metabolisme sel tinggi
Sel membelah dengan cepat
Pertambahan jumlahnya mengikuti kurva logaritmik
Fase 4 : fase pertumbuhan lambat
Fase ini pertumbuhan bakteri menjadi lambat
Zat gizi mulai menurun
Adanya zat hasil metabolisme yang beracun
Pertumbuhan sel tidak stabil
Populasi bakteri masih bertambah


Fase 5 : Fase pertumbuhan tetap
Jumlah populasi bakteri tetap karena sel yang tumbuh sama dengan sel yang mati
Ukuran sel lebih kecil karena tetap membelah meskipun zat nutrisi sudah habis
Pada fase ini sel-sel menjadi lebih tahan terhadap keadaan ekstrem : panas, dingin, radiasi, bahan kimia
Fase 6-7 : fase penurunan dan fase kematian
Nutrien sudah habis
Energi cadangan di dalam sel habis
Jumlah sel yang mati makin lama makin banyak


Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri
Nutrien
Bakteri membutuhkan nutrien untuk kehidupan
Nutrien pada bakteri sebagai sumber karbon, sumber nitrogen, sumber energi dan faktor pertumbuhan
Air
Bakteri membuyuthkan air untuk hidup
Air merupakan sebagian besar atau 70-80% komponen sel
Beberapa keadaan dimana air tidak dapat digunakan : adanya solut, koloid dhidrofilik (gel),
air dalam bentuk kristal es


Nilai pH
Bakteri dapat tumbuh pada kisaran pH 3-6 unit
Nilai pH sangat berpengaruh pada bakteri yang tumbuh
Suhu
Masing-masing bakteri mempunyai suhu optimum, minimum dan maksimum untuk pertumbuhannya
Adanya suhu dibawah minimum dan diaktas maksimum menyebabkan aktivitas enzim terhenti dan bahkan akan terjadi denaturasi enzim.

Bakteri berdasarkan adaptasi suhu:
Psikrofil  0-200 C
Mesofil  10-450 C
Termofil  25 - 800 C
Tersedianya Oksigen/tidak
Konsentrasi oksigen di alam mempengaruhi jenis bakteri yang dapat tumbuh.

Komponen Antimikrobe
Komponen dalm suatu bahan dapat menghambat pertumbuhan bakteri.
Komponen antimikrobe dapat terdapat secara alami pada bahan pangan, misalnya laktanin dan faktor antikoliform didalam susu, lisozim di dalam putih telur.
Komponen antimikrobe yang ditambahkan secara senganja adalah : asam benzoat di dalam sari buah, asam propionat didalam roti, asam sorbat dalam keju dll
Bakteri juga dapat menghabta pertumbuhan jasad renik yang lain, misal : asam, alkohol, perioksida dll

Kelembaban
Pengaruh kebasahan dan kekeringan mempengaruhi pertumbuhan bakteri
Bakteri memiliki nilai kelembaban optimum
Bakteri sebenarnya makhluk yang suka akan keadaan basah, bahkan dapat hidup di dalam air. Hanya di dalam air yang tertutup tak dapat hidup subur karena kurangnya udara. Tanah yang cukup basah baik untuk kehidupan bakteri.
Banyak jenis bakteri akan mati jika udara kering
Keadaan kekeringan menyebabkan proses pengeringan protoplasma, yang berakibat berhentinya kegiatan metabolisme
Pengeringan secara perlahan-lahan menyebabkan perusakan sel akibat pengaruh tekanan osmosis dan pengaruh lainnya dengan naiknya kadar zat terlarut

Pengaruh perubahan nilai osmosis
Pada umumnya larutan hipertonik menghambat pertumbuhan bakteri karena dapat menyebabkan plasmolisis.
Medium yang paling cocok bagi kehidupat bakteria dalah medium isotonik terhadap isi sel bakteri,
Pada larutan hipotonis (aquadest) dapat merusak bakteri karena plasmoptisis
Gambar Pengaruh tekanan osmotik terhadap sel bakteri

Pengaruh sinar
Pada umumnya sel bakteri rusak rusak akibat cahaya, terutama pada bakteri yang tidak punya pigmen fotosintetik.
Sinar dengan gelombang pendek akan berpengaruh buruk terhadap bakteri
Sinar dengan gelombang panjang mempunyai daya fotodinamik dan daya biofisik, misal cahaya matahari.
Bila energi radiasi diabsorbsi oleh sel bakteri akan menyebabkan terjadinya ionisasi komponen sel mikroorganisme. Ionisasi molekum tertentu dari protoplasma dapat menyebabkan kematian, perubahan genetik dan menghambat pertumbuhan
Kebanyakan bakteri tidak dapat mengadakan fotosintesis bahkan setiap ada radiasi dapat berbahaya bagi kehidupan bakteri.

Pengaruh penghancuran secara mekanik
Pengaruh tekanan udara terhadap kehidupan bakteri sangat kecil
Untuk menghentikan pembiakan bakteri diperlukan tekanan 600 atm; dan untuk mematikan diperlukan tenaga sebesar 6000 atm, dan untuk membunuh sporanya diperlukan tekanan 12000 atm

Faktor kimia
Di alam jarang bakteri yang mati akibat terkena zat kimia
Hanya manusia dalam usahanya untuk membebaskan diri dari kegiatan mikrobe meramu zat-zat yang dapat meracuni mikrobe tetapi tidak meracuni dirinya dendiri ataupun makanan.
Zat yang berpengharuh adalah antiseptik, desinfektan, antibiotika

Terima kasih lanjut minggu depan ya ……………….
METABOLISME BAKTERI
Setiap makhluk hidup mengadakan pertukaran zat atau metabolisme, yakni mengambil atau mengasimilasikan zat makanan dan membuang sisa sampah yang tidak diperlukan lagi.
Metabolisme juga berarti serentetan reaksi kimia yang terjadi dialam sel hidup.
Penyusunan atau pengambilan zat makann tertentu atau proses sintesis disebut dengan anabolisme
Penggunaan atau pembongkaran zat makanan arau reaksi penguraian bahan organik kompleks menjadi bahan organik yang lebih sederhana disebut katabolisme
Energi hasil katabolisme sebagian digunakan untuk sintesis makro molekul, seperti asam nukleat, lipid, atau polisakarida

Sebelum proses metabolisme diperlukan pengaktifan sub unit yang akan dipakai dan energi tinggi yaitu ATP (Adenosin Triphospate). Energi untuk metabolisme diambil dari dari berbagai proses. Dari proses fermentasi, respirasi dan fotosintesa. Hasil reduksi oksidasi pada semua proses selalu dibentuk ATP, dimana energi yang dibebaskan tersimpan untuk untuk proses selanjutnya.
Anabolisme
To be Continuied next time ……